Beranda Mimbar Ide Hegemoni dan Resistensi Sang Pendidik Yak Mim

Hegemoni dan Resistensi Sang Pendidik Yak Mim

0
Muh. Adnan Kasogi

Oleh : Muh. Adnan Kasogi, S. Sos, M. Si
(Dosen Sosiologi Universitas Hasanuddin)

Kasus mantan dosen Malang, Dr. Muhammad Imam Muslimin Mardi atau Yak Mim, telah melampaui batas sengketa tetangga biasa. Ia menjadi sebuah studi kasus krusial dalam Sosiologi Konflik, yang menunjukkan bagaimana otoritas lokal runtuh di hadapan kekuatan naratif digital. Peristiwa ini menyingkap pergeseran fundamental dalam tatanan sosial: dari dominasi kontrol komunal ke supremasi solidaritas jaringan.

Awal konflik ini berakar pada ketegangan struktural di lingkungan perumahan. Konflik bukan hanya tentang sepetak tanah atau mobil parkir, melainkan pertarungan mengenai definisi norma dan penggunaan ruang. Yak Mim, sebagai figur intelektual, cenderung berpegang pada nilai-nilai individualistik yang menuntut kejelasan hukum dan hak atas properti (termasuk tanah wakaf yang ia kelola).

Sebaliknya, kelompok tetangga mewakili norma komunal yang mengutamakan kesepakatan informal dan kontrol sosial kolektif demi menjaga “ketertiban” lingkungan. Benturan ini menciptakan kontradiksi: siapa yang berhak menetapkan tatanan sosial—regulasi formal (hukum) yang didukung Yak Mim, atau kekuasaan informal (kesepakatan warga) yang dipegang kelompok lain? Potensi konflik ini menjadi bom waktu yang siap meledak begitu pemicu kecil (seperti parkir mobil rental) menyentuhnya.

Setelah konflik terbuka, kelompok lawan berhasil melancarkan serangan hegemoni naratif yang efektif. Mereka menggunakan rekaman video yang dipotong, di-framing, dan disebar melalui media sosial. Narasi ini secara cepat membentuk konstruksi sosial yang negatif, menjadikan Yak Mim sebagai “penyimpang” atau “biang kerok” yang harus disingkirkan.

Ideologi dominan yang diciptakan media sosial ini memicu penindasan struktural di tingkat lokal. Keputusan pengusiran yang didukung beberapa pengurus dan warga adalah tindakan kontrol sosial komunal tertinggi. Tindakan ini bertujuan untuk mendisiplinkan individu yang melawan norma kelompok, sekaligus memperkuat kekuatan dominan lokal. Dengan diusirnya Yak Mim—yang juga menyebabkan ia kehilangan pekerjaan—ia secara efektif termarginalisasi, dicabut dari hak sosialnya, dan dikalahkan oleh kombinasi modal sosial lokal dan kekuatan framing digital.

Titik balik sosiologis terjadi ketika Yak Mim tidak pasrah, melainkan memilih melancarkan resistensi di arena yang sama. Tampil di platform yang memiliki jangkauan luas, ia menyajikan kontra-narasi yang detail, menyertakan bukti hukum, dan memanusiakan penderitaannya. Tindakan ini secara langsung menggugat hegemoni yang telah terbentuk.

Klarifikasi ini memicu Solidaritas Jaringan (Networked Solidarity) yang masif. Ribuan warganet, bertindak sebagai aktor kolektif, melakukan mobilisasi sumber daya di luar batas-batas geografis. Dukungan hukum, finansial, dan moral mengalir deras, menjadikan jejaring digital sebagai struktur peluang politik yang efektif untuk membela Yak Mim.

Solidaritas ini memiliki dampak sosiologis yang mendalam: ia secara definitif mendelegitimasi sanksi komunal tersebut. Keputusan pengusiran yang sah di mata tetangga, menjadi tidak berdasar dan sewenang-wenang di mata publik nasional. Kekuatan Yak Mim, yang tadinya nol di lingkungan fisiknya, bangkit kembali melalui jaringan dukungan global. Ini adalah bukti nyata bahwa individu yang tertindas kini memiliki saluran untuk menantang otoritas lokal yang dianggap tidak adil.

Rekonfigurasi Kekuatan dalam Masyarakat Digital

Kasus Yak Mim berfungsi sebagai indikator penting dari transformasi sosial kontemporer. Ia menunjukkan bahwa otoritas moral telah berpindah tangan. Kontrol sosial tradisional di tingkat RT/RW tidak lagi absolut karena setiap konflik kini tunduk pada pengawasan kritis jaringan digital.

Dalam perspektif Sosiologi Konflik, kasus ini membuktikan bahwa resistensi terhadap penindasan akan selalu muncul. Di era ini, resistensi tersebut berbentuk solidaritas jaringan, yang menjadi kekuatan kontra-hegemoni paling ampuh, mendefinisikan ulang siapa yang memiliki hak untuk menghakimi dan siapa yang berhak atas keadilan dalam masyarakat yang semakin terhubung.

Facebook Comments Box
ADVERTISEMENT