MataKita.co, Gorontalo — Peringatan Hari Ibu dimanfaatkan Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah (PWNA) Gorontalo sebagai momentum strategis untuk menguatkan peran perempuan dan keluarga dalam mencegah pernikahan dini.
Dalam kegiatan ini, PWNA Gorontalo secara khusus menggaet mahasiswa Universitas Muhammadiyah Gorontalo (UMGO) sebagai peserta utama yang diproyeksikan menjadi agen perubahan di lingkungan masyarakat.
Ketua PWNA Gorontalo, Kartin Potutu, dalam sambutannya mengungkapkan bahwa Provinsi Gorontalo masih berada pada peringkat yang relatif tinggi secara nasional dalam pencegahan pernikahan anak. Kondisi tersebut patut dipertahankan dengan keterlibatan semua pihak, termasuk kalangan mahasiswa yang tinggal dan dibina dalam sistem asrama UMGO.
Menurut Kartin, mahasiswa memiliki posisi strategis karena tidak hanya dibekali ilmu akademik, tetapi juga nilai pembinaan karakter dan keislaman. Oleh karena itu, keterlibatan mereka diharapkan mampu memperkuat upaya edukasi dan pencegahan pernikahan dini di lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar.
“Kami di Nasyiatul Aisyiyah berbangga karena mahasiswa UMGO, khususnya yang tinggal di asrama, tidak tinggal diam terhadap persoalan pernikahan anak di Gorontalo. Bisa saja kasus ini terjadi di keluarga terdekat kita. Inilah alasan kami menggelar kegiatan Hari Ibu sebagai pengingat pentingnya peran keluarga dalam menciptakan lingkungan yang aman,” ujarnya.
Kegiatan ini juga menjadi ruang kolaborasi antara PWNA Gorontalo, mahasiswa, dan pemangku kepentingan untuk memperkuat ketahanan keluarga serta membangun komitmen bersama agar setiap individu dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Edukasi pencegahan kekerasan dan perlindungan anak menjadi fokus utama dalam rangkaian kegiatan.
Sementara itu, Kepala Biro Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Provinsi Gorontalo, Yaser Arafat Dama, yang mewakili Gubernur Gorontalo, menegaskan bahwa peringatan Hari Ibu merupakan momentum untuk mengingatkan kembali peran strategis perempuan, khususnya ibu, sebagai penentu kualitas generasi. Keluarga, menurutnya, merupakan ruang pertama pembentukan karakter anak.
Ia juga menekankan bahwa segala bentuk kekerasan dan pelanggaran terhadap perempuan dan anak bertentangan dengan nilai adat Gorontalo. Namun tantangan yang ada masih cukup berat, sehingga dibutuhkan sinergi seluruh elemen masyarakat untuk mengatasinya.
Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Gorontalo, Dr. Sabara Karim Ngou, turut mengapresiasi langkah PWNA Gorontalo yang dinilai konsisten dalam memperjuangkan isu perempuan dan anak. Ia berharap mahasiswa berasrama UMGO dapat mengikuti kegiatan ini dengan sungguh-sungguh dan menyerap materi dari para narasumber yang kompeten.
Melalui kegiatan peringatan Hari Ibu ini, PWNA Gorontalo menegaskan komitmennya sebagai mitra strategis pemerintah dan perguruan tinggi dalam memperkuat ketahanan keluarga, mencegah pernikahan dini, serta menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi anak dan perempuan di Gorontalo.









































