MataKita.co, Makassar – Isu Kengkitan Partai Komunis Indonesia (PKI)semakin massif dibahas di berbagai forum di bulan September 2017. Respon yang dilakukan panglima TNI dengan mengintruksikan anggotanya melakukan nonton bareng (Nobar) film G30S/PKI ini pun menuai polekmik. Polemik pro-contra pemutaran kembali film G30S/PKI, beberapa kelompok masyarakat maupun institusi membolehkan bahkan mengadakan nonton bareng untuk pemutaran film tersebut namun disisi lain banyak yang mengecam hal tersebut.
Seperti kita ketahui dimasa orde baru film ini menjadi tontonan wajib setiap tahunnya untuk memperingati peristiwa G30S/PKI, yang pada akhirnya di era reformasi film ini dilarang untuk ditayangkan karena dianggap sebagai provokatif dan sangat tendensius.Polemik ini menuai sorotan dari berbagai pihak, salah satunya mahasiswa unhas.
Aldi Akbar, Mahasiswa Universitas Hasanuddin saat di temui MataKita.co di Kantin FISIP Unhas (25/9/2017) mengatakan bahwa Sebenarnya pemutaran kembali film G30S/PKI, apalagi bagi dikalangan mahasiswa atau cendekia adalah keharusan, karena dengan pemutaran film ini kita bisa mengetahui tentang peristiwa tersebut dan mengkaji lebih dalam lagi kebenaran dari film tersebut.
“Hal yang dipersoalkan Aldi sebenarnya adalah banyaknya versi sejarah tentang peristiwa G30S/PKI, sehingga membuat publik bingung dan bertanya-tanya tentang peristiwa yang bersejarah diindonesia ini” jelas ketua BPA PMB Unhas Latenritatta ini.
Mahasiswa fakultas pertanian unhas menambahkan Ada beberapa film yang menceritakan tentang peristiwa tersebut, namun memiliki versi yang berbeda-beda, ini bisa membuat masyarakat menjadi bingung, dan mempertanyakan mana yang benar, untuk menghindari hal tersebut perlunya beberapa element yang mengetahui peristiwa tersebut untuk menyatukan pengetahuan mereka supaya masyarakat tidak bingung dan mengetahui kebenaran dari peristiwa tersebut. (MH)