Matakita.co (Limboto) – Saat ini seluruh mata tertuju ke Limboto. Pasalnya, Prestasi Luar biasa diraih oleh Masyarakat Kabupaten Gorontalo dengan memecahkan Rekor MURI, dengan 78 Ribu Peserta pada Event Pentas Seni Goyang Mopobibi, yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Gorontalo
Angka Fantastis dalam sebuah ajang seni. Bahkan Prestasi ini bukan hanya berskala Nasional, namun tembus Rekor Internasional. Antusiasme masyarakat dalam acara ini menunjukkan, bahwa masyarakat Gorontalo sangat membutuhkan hiburan rakyat.
Keberhasilan ini menuai reaksi dari berbagai kalangan, Salah satunya dari Ketua Lembaga Analisis Dan Monitoring Produk Hukum (Lembaga Ampuh) Provinsi Gorontalo, Fanly Katili, S.Pd
Kepada Matakita.co Fanly menyampaikan, Kegiatan tersebut merupakan dukungan rakyat Kabgor, untuk mendukung upaya Mempromosikan wisata dan budaya ke tingkat Internasional.
“Ini tentunya bukan hanya menguntungkan Kabupaten, namun juga pemerintah Provinsi. Meskipun dalam kondisi darurat kekeringan, tidak mematahkan semangat masyarakat mengikuti agenda Internasional ini. Kecerdasan masyarakat hari ini diatas rata-rata menyikapi masalah kondisi sosial.” Jelasnya
Fanly menyayangkan kegembiraan dan Prestasi rekor dunia yg diraih masyarakat, dan Pemkab Gorontalo saat ini, masih juga di dapati anggapan dan pikiran tidak Cerdas dan miris didengar.
“Anggapan yg terkesan sangat Parsial, serta tudingan yg bernada Provokatif dari Oknum-oknum yg tidak senang dengan Prestasi Nelson Pomalingo. Dikatakan Sang Profesor hanya menari nari diatas Penderitaan Rakyat ditengah kekeringan yg sedang melanda daerah, ini kan pemikiran dangkal.” Tuturnya
Fanly menambahkan, narasi Bersenang senang diatas penderitaan rakyat dalam konsepsi agenda Goyang Mopobibi ini kurang tepat. Karena Perlu diingat bhwa Peserta dalam Ajang Goyang Mopobibi tersebut adalah Rakyat sendiri.
“Mereka yg larut dalam kebahagiaan dan keceriaan, serta menikmati prestasi Goyang Mopobibi yg digagas oleh Kementerian Pariwisata RI ini objeknya adalah masyarakat Gorontalo juga. Bukan Seorang Nelson Pomalingo secara pribadi.” Tambah Fanly
Tidak hanya itu, Fanly menyikapi tudingan yg mengaitkan antara kondisi Alam dengan Event Goyang Mopobibi, yang menurutnya sangat tidak cerdas.
Alasan yg paling mendasar adalah, Event ini jauh sebelumnya telah di agendakan oleh Kementrian Pariwisata sejak tahun 2018. Dan kabupaten Gorontalo hanya sebagai pelaksananya.
“Ini adalah Agenda InternasionaL setiap tahunnya, acaranya memang sudah terjadwalkan jauh sebelumnya. Kalaupun ada Perubahan, maka hal tersebut wajib disampaikan beberapa bulan sebelumnya dengan alasan yg tepat.”
Kondisi kekeringan yg kini melanda beberapa daerah Se-indonesia termasuk Provinsi Gorontalo, sebelumnya tidak pernah diprediksi. Ini adalah Fenomena dan Kondisi Alam yg tidak bisa dihindari oleh manusia.
“Sebagai Manusia yg beriman, pendekatan religi yang dilakukan oleh Pemkab dengan Menggelar Sholat Ishtisqo dihalaman kantor bupati adalah upaya yg seharusnya didukung, dan dilakukan oleh para pengkritik, bukan mengaitkan antara Dampak kekeringan dengan Goyang mopobibi saat ini.”
“Ironisnya justru menuding bupati menari nari diatas penderitaan rakyat. Jgn seolah menutup mata dengan upaya yg dilakukan oleh pemerintah, yg kini setiap hari menyalurkan Air bersih ke Desa-desa dan menyalurkan bantuan sembako pada masyarakat yg kena dampak kekeringan.” tambahnya Lagi
Diakhir penyampaiannya, Fanly mengatakan, Sebagai Aktivis wajar jika mengkritik kebijakan pemerintah sebagai fungsi kontrol. Namun jangan menuding dgn bahasa Provokatif sehingga terkesan menggiring opini masyarakat ke alam berpikir yg menyesatkan.
“Tudingan ini secara implisit akan menggambarkan betapa terbatasnya pemahaman kita akan fenomena Alam, dan memberi kesan bahwa kritik yg dilakukan sangat kental dgn Pertarungan Politik untuk tahun 2020, ini bentuk pembunuhan Karakter kepada Bupati Nelson Pomalingo.” Tutupnya