Beranda Politik Peringati Sumpah Pemuda, Komunitas Peradaban Makassar Gelar Diskotik di Warkop Chemistry

Peringati Sumpah Pemuda, Komunitas Peradaban Makassar Gelar Diskotik di Warkop Chemistry

0

MataKita.co, Makassar – Latar memperingati Hari Sumpah Pemuda ke-72, yang jatuh pada tanggal 28 Oktober 2020, Komunitas Peradaban Makassar menggelar acara Diskusi Kopi Politik (Diskotik). Diskotik kali ini menjadi seri diskusi ke – 6 bertema “Merawat Pemuda, Merawat Peradaban ” di Warkop Chemistry, Perumnas Antang, Makassari, Jum”at (30/10).

Mashud Azikin, Founder Komunitas Peradaban Makassar didapuk sebagai pemantik diskusi dan Muh. Aulia Fajrin sebagai moderator. Selain itu acara dihadiri oleh para penikmat Diskotik yang secara rutin digelar tiap pekan.

“Pemuda masa kini harus melek dan peduli terhadap persoalan bangsa, karena 30 sampai 40 tahun kedepan pemuda masa kini-lah yang akan menjadi pemimpin negara ini dimasa depan,” kata Mashud.

Mashud menguraikan, “Semakin ke sini, kepemimpinan baik lokal maupun nasional, semakin menghinggapi usia muda.”

Diskotik kali ini turut diapresiasi oleh Ahmad Said, aktivis dan pegiat media sosial. Menurutnya, peringatan Sumpah Pemuda
menjadi momentum karena anak-anak muda butuh ruang diskusi dan berdialektika.

“Acara ini sangat bagus dan diharapkan menjadi ruang bagi anak muda untuk menyuarakan aspirasinya,” timpal Andi Fuad Abbas dari Forum Suara Rakyat.

Diskusi kali ini menguat kisah perjuangan R.Wolter Monginsidi yang masih muda waktu itu, urai Zaenal, Founder KoPigi Keliling. Spirit perjuangan penuh heroik. Di saat bersamaan Emmy Saelan yang masih juga ikut berjuang.

Kedua pahlawan muda ini tetap dikenang namanya sebagai nama jalan di Makassar jelas Zaenal.

Silih berganti pembicara berganti. Mic begitu cekatan berpindah tangan. Pemuda yang menjadi topik diskusi semalam. Semua ikut menyelami rasa dan (kalau perlu) merasakan kembali muda.

Suguhan kopi dan hentakan gelas menandai babakan ruang diskusi yang begitu hidup. Terma pemuda diekspresikan dan digambarkan dalam nada optimis meski sedikit getir.

Namun satu hal, pemuda hari ini tidak harus terbuai untuk meniti episode yang sama dengan pemuda sebelumnya. Dan juga tidak skeptis dengan politik, jelas Muslimin.

“Saya sejak dini memperkenalkan dunia politik terhadap anak-anak saya,” papar Muslimin

Suasana diskusi tadi malam menjadikan pemuda sebagai sasaran pekikan. Saatnya pemuda mengambil peran. Pemuda butuh ruang berekspresi dan berkarya, terdengar dengan pelan dan jelas.

Dari diskusi ini, anak muda kemudian ditantang. Festival Balangtonjong sebagai ruang kreasi bagi anak muda khususnya di Manggala.

Kenapa Balangtonjong ? Kenapa Festival Balangtonjong harus ada ? Lalu bagaimana mereka merancang konsep acaranya ?

Barisan pertanyaan itu menjadi sebuah tantangan. Sebagai anak muda, Syahrul menimpali, “Banyaknya PR dari diskusi ini !”

Lantas, bagi kita sebagai sebagai warga Makassar secara umum. Untuk sebuah kata Balangtonjong, apa yang kita pikirkan tentangnya ?

Facebook Comments