Beranda Berdikari Tengku Zulkarnain Kritik Menteri Agama Yaqud

Tengku Zulkarnain Kritik Menteri Agama Yaqud

0
Mantan Wasekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI), Tengku Zulkarnain

Matakita.co, Jakarta – Mantan Wasekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI), Tengku Zulkarnain atau akrab disapa Tengku Zul mengkritik keras Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas alias Gus Yaqut.

Lewat cuitannya di Twitter, Kamis 7 Januari 2021, Tengku Zul mengkritik pernyataan Gus Yaqut yang mengaku bahwa dirinya adalah menteri semua agama.

Menurutnya, pernyataan tersebut tidak sejalan dengan kenyataan. Pasalnya, kata Tengku Zul, Kementerian Agama (Kemenag) hanya mengurusi sekolah Islam saja.

“Jangan terlalu semangat pak Menteri Agama. Anda bilang Kementerian Agama milik semua Agama? Kenyataannya? Sekolah yang diurus hanya Sekolah Islam dari Ibtidaiyah sampai Perguruan Tinggi,” cuit Tengku Zul.

Selain itu, lanjutnya, Kemenag juga hanya mengurusi pernikahan, talak, rujuk dan warisan yang menyangkut umat Islam saja.

Tak hanya itu, Tengku Zul juga menyebut Menag Gus Yaqut hanya mengurusi ibadah umat Islam ke tanah suci dan tidak mengurus umat lain yang juga ingin ke tempat ibadah suci mereka.

“Ibadah ke tanah suci juga tidak ada Agama lain. Sadar?,” tegasnya.

Sebelumnya, Menag Gus Yaqut dalam pidatonya pada Desember lalu menegaskan bahwa Kementerian Agama RI merupakan kementerian seluruh agama di Indonesia.

Dalam pidatonya itu, ia mengutip ucapan mantan Presiden RI ke-empat, Abdurahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur itu.

“Gus Dur mengatakan, Kemenag itu seperti pasar. Semua ada, kecuali agama. Ini waktunya kita membuktikan bahwa Kemenag itu kementerian semua agama,” tutu

r Gus Yaqut, Rabu 23 Desember 2020 seperti dikutip dari Merdeka.com.

“Sehingga yang disebut pasar oleh Gus Dur ya pasar agama-agama ini, semua agama ada di Kemenag, tidak ada perbedaan dan diskriminasi,” terangnya.

Oleh karenanya, Gus Yaqut berharap seluruh pihak khususnya seluruh lingkungan Kemenag untuk mendukung dirinya dalam mewujudkan cita-citanya yakni menjadikan agama sebagai inspirasi bukan aspirasi, mengembalikan fungsi agama untuk mendamaikan, dan menolak sikap diskriminatif di Indonesia.

“Saya meminta kerja sama untuk mewujudkan cita-cita yang sangat terhormat ini. Toleransi tingkat tinggi harus dicontohkan dari Kemenag. Saya tidak ingin dari Kemenag justru muncul sikap diskriminatif,” tuturnya.

Facebook Comments Box
ADVERTISEMENT