Oleh : Muhammad Natsir*
Setelah wacana Periodesasi masa jabatan Presiden tiga periode yang digaungkan oleh M. Qodari yang juga pengamat politik itu mulai hilang dari jagat media, maka muncullah wacana memperpanjang masa jabatan Presiden dan wakil presiden dari Menteri Investasi/Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia.
Sebuah pesan disampaikan secara tidak langsung namun sangat menggelitik wacana publik. Bahlil menyebut bahwa dunia usaha menginginkan masa jabatan Presiden diperpanjang. Artinya dunia usaha belum siap untuk pergantian presiden 2024.
Sontak saja semua politisi dan pengamat menanggapi penyataan Bahlil itu. Bahkan PDIP sebagai partai Pengusung Jokowi bereaksi keras menantang keinginan tersebut.
Lalu apa motif dibalik wacana itu?
Wacana menambah periodesasi masa jabatan Presiden yang diusung oleh M. Qodari memang tidak direspon secara serius oleh Presiden maupun partai koalisi. Dengan sendirinya wacana itu berhenti.
Bahkan Presiden secara tegas dan jelas mengatakan “Kalau ada yang usulkan itu (presiden 3 periode atau perpanjang masa jabatan presiden), ada tiga (motif) menurut saya, ingin menampar muka saya, ingin cari muka, atau ingin menjerumuskan. Itu saja,” kata Jokowi.
Artinya Presiden Jokowi secara komunikasi tidak membuka peluang adanya wacana perpanjang masa jabatan Presiden. Dengan demikian Qodari terhenti dan wacana itu hilang.
Meski, sudah ditanggapi demikian keras oleh Presiden, ternyata wacana itu justru muncul dari dalam Istana, keluar dicelah-celah pagar kekuasaan.
Dibalik Wacana
Bagi saya ada dua kemungkinan yang bisa dianalisis, yaitu: pertama, terjadinya pergeseran kepentingan dalam tubuh kekuasaan, yaitu dengan munculnya isu reshuffle kabinet.
Kedua, Bahlil berbicara secara tidak langsung untuk meralat Pernyataan presiden yang tidak mau perpanjang masa jabatan Presiden. Dalam konteks ini Bahlil dijadikan “sebagai alat” untuk meralat.
Nah, Kalau pernyataan itu didasarkan ada pergeseran kepentingan di dalam kekuasaan, Maka Bahlil mencoba mencari pegangan untuk mengamankan kursi menteri dari reshuffle kabinet.
Tetapi seandainya pernyataan Bahlil itu untuk memunculkan kembali wacana perpanjang masa jabatan Presiden, maka Bahlil digunakan untuk meralat Pernyataan presiden yang sebelumnya tidak ingin ada penambahan periodesasi jabatan. Jadi secara komunikasi politik Bahlil dijadikan pintu untuk menuju perpanjangan jabatan Presiden.
Apakah partai koalisi akan setuju jika masa jabatan diperpanjang?
Jawaban pertama keluar dari Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristianto yang menyebut bahwa Megawati tidak ingin ada perpanjangan masa jabatan Presiden. Bahkan politisi PDIP, Troy Elevon menganggap Bahlil sedang menjerumuskan presiden diakhir masa jabatannya.
Penyataan politisi PDIP itu juga dapat dibenarkan dengan asumsi bahwa pernyataan itu Bahlil ingin menjerumuskan presiden dalam wacana itu, membuat citra Jokowi di mata publik menjadi buruk. Tapi ini agaknya tidak mungkin, karena Bahlil adalah salah satu orang dekat Jokowi.
Namun, tidak menutup kemungkinan Bahlil ingin mengkonfirmasi ke Publik bahwa wacana itu dibicarakan di Istana, sehingga publik tahu bahwa Jokowi dan partai koalisi sudah membicarakan itu pula. Kalau ini alasannya, Bahlil sedang bermanuver.
Yang pastinya Kalau PDIP sudah tidak setuju dengan pertanyaan itu, artinya partai koalisi pemerintah yang tidak punya kepentingan langsung ke Jokowi akan menolak pula.
Tetapi kalau PDIP menanggapi penyataan Bahlil sebagai upaya untuk menutup informasi seputar perpanjang masa jabatan Presiden sebelum saatnya diumumkan ke Publik tentu ini lain cerita.
Kalau analisa ini benar, maka PDIP sedang menutup ruang publik tentang perpanjang masa jabatan Presiden, namun akan mengumumkan disaat yang tepat.
Dan kalau analisa ini benar, maka Bahlil sedang bermanuver. Kedua-duanya bisa salah bisa benar, yang pastinya persoalan perpanjang masa jabatan Presiden adalah wacana yang berkaitan langsung dengan konstitusi.
Apabila konstitusi menghendaki, baik itu melalui perubahan UUD maupun melalui Dekrit Presiden maka wacana itu akan menjadi konstitusional.
Ini hanya sebatas analisis, yang pastinya, Kita tunggu apa yang akan terjadi dihari-hari yang akan datang.
*) Penulis adalah Wakil Ketua Umum DPP KNPI, Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Komunikasi Univ Esa Unggul dan Co-Founder Kahmipreneur