Matakita.co, Gorontalo – BKKBN RI menggelar launcing pendampingan, Konseling dan pemeriksaan kesehatan dalam tiga bulan pra nikah sebagai upaya pencegahan stunting dan dari hulu kepada calon penganting.
kegiatan yang di gelar secara serentak yang terpusat di Daerah Istimewa Jogjakarta, Secara Virtual BKKBN Provinsi Gorontalo mengikuti kegiatan tersebut. Jumat (11/03/2022)
Masalah stunting telah menjadi perhatian Presiden Joko Widodo, karena itu pemerintah akan fokus untuk menurunkan jumlah kasus tersebut. Masalah stunting harus diselesaikan secara terintegrasi dengan lintas sektor.
Di Indonesia, stunting disebut kerdil, artinya ada gangguan pertumbuhan fisik dan pertumbuhan otak pada anak. Anak stunting dapat terjadi dalam 1000 hari pertama kelahiran dan dipengaruhi banyak faktor, di antaranya sosial ekonomi, asupan makanan, infeksi, status gizi ibu, penyakit menular, kekurangan mikronutrien, dan lingkungan.
Berdasarkan publikasi terbaru WHO (2018) berjudul ‘Reducing Stunting in Children’ menyebutkan secara global pada 2016, sebanyak 22,9% atau 154,8 juta anak-anak Balita stunting.
Di Asia, terdapat sebanyak 87 juta Balita stunting pada 2016, 59 juta di Afrika, serta 6 juta di Amerika Latin dan Karibia, Afrika Barat (31,4%), Afrika Tengah (32.5%), Afrika Timur (36.7%), Asia Selatan (34.1%).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) membatasi masalah stunting di setiap negara, provinsi, dan kabupaten sebesar 20%, sementara Indonesia baru mencapai 29,6%. Berdasarkan Pemantauan Status Gizi (PSG) pada 2017, prevalensi Balita stunting di Indonesia dari 34 provinsi hanya ada 2 provinsi yang berada di bawah batasan WHO tersebut, yakni Yogyakarta (19,8%) dan Bali (19,1%). Provinsi lainnya memiliki kasus dominan tinggi dan sangat tinggi sekitar 30% hingga 40%.
Kepala BKKBN RI dr. Hasto Wardoyo dalam sambutanya mengatakan bahwa masalah stunting merupakan ancaman bagi Indonesia, karena anak stunting tidak hanya terganggu pertumbuhan fisik tapi juga pertumbuhan otak. Efeknya, SDM menjadi tidak produktif yang berdampak pada terganggunya kemajuan negara.
“hari ini kita melangsungkan kegiatan launching percepatan pencegahan Stunting karena remaja kita ini 37% enemia kebanyakan di derita oleh wanita remaja, Untuk mencegah hal tersebut, negara hadir untuk masyarakat dalam menurunkan stunting,” Ucap Hasto
Sementara itu di tempat yang berbeda Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Gorontalo Dra. Hartati Suleman menuturkan untuk percepatan penerununan angka stunting di seluruh indonesia, ini merupakan Program dari pemerintah pusat. Penanganan yang di prioritaskan, yakni percepatan penurunan angka stunting lewat siap nikah.
“ini merupakan peluang utama dalam, bertambahnya angka stunting di semua wilayah Indonesia. Dengan adanya dilaksanakan louncing oleh kepala BKLN RI yang di minta seluruh provinsi untuk bisa menghadiri walaupun secara virtual agar kegiatan ini bisa di tindak lanjuti oleh seluruh provinsi,” Ujar Hartati.
Menurut Hartati kegiatan ini tidak bisa di laksanakan sendiri oleh BKKBN akan tetapi membutuhkan kolaborasi mitra khususnya kemenag.
“Kemenag sangat menentukan keberhasilan calon pengantin untuk bisa melaksanakan untuk bisa menurunkan angka stunting, ” lanjutnya.
Menurut Dra. Hartati suleman Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Gorontalo karena pada dasarnya orang yang melakukan melangsungkan pernikahan itu hanya lebih mementingkan persiapan persiapan perkawinan seperti gedung yang di gunakan pakaian yang akan di pakai dan berapa banyak undangan yang di sebarkan namun yang perlu di perhatikan persiapan tiga bulan sebelum melaksanakan pernikahan.