Beranda Berita Bkkbn Gandeng Penyuluh Agama Dan Dai Cegah Stunting

Bkkbn Gandeng Penyuluh Agama Dan Dai Cegah Stunting

0

Matakita.co, Jakarta – Pemerintah secara agresif terus berupaya menurunkan prevalensi stunting dengan target sebesar 14 persen pada tahun 2024. Salah satu strateginya berupa kampanye perubahan perilaku untuk mencegah stunting yang memerlukan keterlibatan seluruh elemen bangsa, baik individu, kelompok, maupun komunitas keagamaan.

 

Dalam hal ini, umat Islam sebagai penduduk mayoritas bangsa Indonesia dinilai memiliki potensi besar bagi kampanye pencegahan stunting ini.

 

Terlebih, salah satu survei global menempatkan Indonesia pada peringkat ke-7 negara paling religius di dunia, sehingga karakteristik ini kian memperbesar peluang untuk mengedukasi masyarakat melalui pendekatan keagamaan.

 

Badan Kependudukan Keluarga Berencana (BKKBN) menggandeng penyuluh agama serta para dai di bawah Kementerian Agama RI untuk terlibat aktif dalam mencegah terjadinya kasus anak gagal tumbuh akibat kurang gizi atau stunting.

 

Untuk itu, peran para tokoh agama, pimpinan organisasi masyarakat (ormas) Islam, penyuluh agama, da’i, dan dai’yah, sebagai penyampai nilai-nilai dan pesan keagamaan di masyarakat sekaligus menjadi sumber ilmu (manbaul ‘ulum), pendidik (murabbi), penggerak (muharrik), dan teladan (uswatun hasanah) bagi umat, menjadi sangat strategis.

 

Kegiatan tersebut di hadiri langsung oleh Wakil Presiden RI Ma’ruf Amin, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Dr. (H.C) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) dan Menteri Agama RI Yaqut Cholil Qoumas.

 

Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam kegiatan Halaqoh Nasional secara daring, mengatakan dukungan Kementerian Agama melalui penyuluh agama sangat strategis dalam mengejar target bebas stunting pada 2024 yakni di angka 14 persen.

“Kita tau pada tahun ini prevalensi stunting masih di angka 24,4 persen dan WHO memberikan standar sebesar 20%. Stunting merupakan gagal tumbuh dan kembang anak karena kurangnya asupan gizi, kurang sehat karena penyakit berulang, pengasuhan yang kurang optimal 1.000 hari pertama yakni dari pertemuan sel telur dan sperma hingga anak berumur dua tahun,” kata dia.

 

Anak stunting itu pendek dan tidak semua anak pendek stunting, anak stunting itu kurang cerdas dan kurang sehat, namun tidak semua anak kurang cerdas dan kurang sehat itu stunting.

 

Anak stunting memiliki kondisi kardiovaskuler dan metabolisme yang tidak normal dan Indonesia dihadapkan dengan tantangan bonus demografi pada 2030 hingga 2040.

 

“Kalau tidak dimanfaatkan sejak saat ini mempersiapkan generasi unggul maka bonus tersebut tidak akan diraih bangsa ini,” kata Kepala Bkkbn RI

 

BKKBN sendiri telah bekerja sama dengan Kementerian Agama agar calon pengantin itu diberikan bimbingan nikah dari yang dulunya hanya 10 hari menjadi tiga bulan sejak Maret 2022.

 

Sementara itu Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengatakan para penyuluh agama, dai serta petugas KUA akan memberikan pembekalan pernikahan untuk menekan angka stunting.

Menurut dia, masa depan bangsa ada di tangan generasi penerus, bangsa ini akan unggul jika disiapkan dengan baik.

 

Edukasi masyarakat tentang stunting akan melibatkan penyuluh agama sangat tepat karena materinya disampaikan di setiap khutbah, ceramah agar pemahaman stunting dapat dimengerti

 

Selain itu narasi penurunan stunting ini sesuai dengan sabda nabi yakni mukmin lebih baik dan kuat itu lebih dicintai Allah dari mukmin yang lemah.

 

Selain itu persoalan ketahanan keluarga dan kesehatan itu program prioritas Kementerian Agama karena keluarga merupakan institusi lahir calon pemimpin bangsa dan siapkan keluarga melalui edukasi komprehensif dengan aspek terkait.

 

“Kita punya aplikasi yang terhubung dengan penanganan stunting ini dan dipantau secara seketika (real time),” kata dia.

 

Di tempat yang sama Wakil Presiden Republik Indonesia, menegaskan bahwa, “Peran da’i, da’iyah, dan penyuluh agama saya kira sangat vital, sebab mereka hadir langsung di tengah komunitas. Khotbah, ceramah, dan tausiah dapat menjadi media pendidikan yang efektif untuk meneruskan pesan-pesan kebaikan kepada umat, termasuk edukasi bahaya stunting dan cara mencegahnya,” tegas Wakil Presiden (Wapres) K.H. Ma’ruf Amin selaku Ketua Pengarah Tim Percepatan Penurunan Stunting (TP2S) saat membuka Halaqoh Nasional Pelibatan Penyuluh Agama, Da’i, dan Da’iyah untuk Mendukung Percepatan Penurunan Stunting, di Istana Wakil Presiden.

 

Lebih lanjut wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin mendorong pelibatan penyuluh agama, da’i, dan da’iyah untuk percepat penurunan stunting di Indonesia.

“Dibutuhkan kerja cepat, kerja cerdas, dan yang terpenting, kerja kolaborasi semua pihak, termasuk partisipasi aktif penyuluh agama, da’i, dan da’iyah,” ungkap Wapres dalam keterangannya saat menghadiri Halaqoh Nasional.

 

Apalagi, kata Wapres, stunting berpotensi mendatangkan impak berlipat. Stunting ini, katanya, bukan sekadar isu kesehatan, melainkan juga problem kemanusiaan, bahkan dapat menghambat perekonomian dan masa depan pembangunan negara.

 

Wapres pun mengatakan penyuluh agama, da’i, dan da’iyah sangat strategis juga vital dalam menurunkan stunting karena mereka hadir langsung di tengah komunitas.

Facebook Comments Box
ADVERTISEMENT