Oleh : Syahril*
“Pemilihan umum djangan mendjadi tempat pertempuran. Perdjuangan kepartaian yang dapat memetjah persatuan bangsa Indonesia.” (Soekarno dalam sebuah pamflet di 1955).
Berangkat dari Sebuah cita-cita seorang anak muda melahirkan ide bangsa yang keluar dari penjajahan.
Ungkapan pemuda sebagai ujung tombak dan melimpahnya pemilih dari kalangan kaum muda. Namun, sudahkah tokoh pemuda hari ini paham akan dampak dari kepemimpinan yang buruk? Lalu, mimanakah hari ini bung 10 pemuda (mengutip ungkapan Bung Karno) itu yang engkau cari ? Tetapi, secara sederhana partailah yang beraperang penting dan masyarakat hanya disuguhi pilihan ala kadarnya.
Penulis banyak menyaksikan kondisi Masyarakat saat menuju Polombangkeng Selatan dan Kecematan Sanrobone serta Manggarabombang. Yang memungkinkan untuk bertemu dengan berbagai lapisan masyarakat mulai dari anak muda hingga tokoh Masyarakat. Fakta lapangan menunjukkan orientasi kandidat harus memiliki bugdet yang memempuni agar jalan poilitk ini bisa jalan, sebagaimana orientasi itu ujungnya butuh uang agar mulus.
Apakah Marketing Politik Sebagai Perusak Pemilih Yang Sehat?
Sepertinya hari ini tepat pada bulan desember 2023 pemuda itu sedang sibuk-sibuknya menyiapkan pragmatis dirinya menuju seorang pekerja yang katanya hebat bisa merubah dunia, al-hasil dia tidak tahu pesan dari seorang penyair yang di abab 19. Ada pernyataan Brecht yang terkenal yaitu “Buta yang terburuk adalah buta politik. Dia tidak mendengar, tidak berbicara, dan tidak berpartisipasi dalam peristiwa politik. Dia tidak tahu bahwa biaya hidup, harga kacang, harga ikan, harga tepung, biaya sewa, harga sepatu dan obat, semua tergantung pada keputusan politik.”
Mungkin kita perlu menggugah kepada Bung Karno apakah engkau masih mencari 10 pemuda dan kini tengah sibuk dengan goyangan musik jedag-jedug serta karir yang hanya bisa di atur-atur.
Lalu, kita disuguhkan berbagai hal termasuk apa gunanya partai kalau hanya mengiasi jalanan raya? Partai seharusnya mengambil sikap bagaimana pemilu ke depan bukan kepada yang punya duit tapi yang mampu mengawal aspirasi untuk terlaksana.
Apakah pemuda sedang tertidur?
*) Penulis adalah Mahasiswa Ilmu Pemerintahan FISIP UNISMUH