Beranda Lensa Iqbal Parewangi : “Minal A’idhin Wal – Faizin” Itu Kalimat Sehari –...

Iqbal Parewangi : “Minal A’idhin Wal – Faizin” Itu Kalimat Sehari – Hari Muslim

0
AM Iqbal Parewangi

MataKita.co, Makassar – Kalimat Minal a’idhin wal faizin seharusnya menjadi kalimat harian seorang muslim. Bukan cuma diucapkan dalam satu-dua pekan setelah hari raya Ied, tetapi selama setahun penuh. Begitu pula dengan kalimat _taqabbalallahu minna wa minkun._

Anggota DPD/MPR RI asal Sulawesi Selatan, AM Iqbal Parewangi, mengatakan hal itu di hadapan ratusan dokter dan tenaga kesehatan yang memenuhi aula Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo (RSWS), Makassar, 21 Juni 2018 pagi.

Senator RI yang juga jebolan pondok pesantren itu diundang membawakan hikmah pada acara Halal bi Halal yang dilaksanakan oleh Keluarga Besar RSWS.

Hadir Dirut RSWS Dr dr Khalid Shaleh bersama segenap direksi dan sejumlah mantan direksi, ratusan dokter dan tenaga kesehatan RSWS, serta pimpinan BPJS dan sejumlah pimpinan bank mitra RSWS.

“Sebulan puasa Ramadhan sudah kita jalani. Kita menangkan pertempuran besar melawan hasrat diri, jihadin nafs. Maka sesuai janji Allah, _la’allakum tattaqun,_ kita capai puncak derajat bernama insan bertaqwa. Dan setiap kita pun berhak berkata _minal a’idhin wal faizin,”_ kata Iqbal.

Riwayat kalimat _minal a’idhin wal faizin,_ jelas Iqbal, bermula seusai perang Badr pertama. Ketika itu, 316 tentara muslim dengan perlengkapan alakadarnya, mengalahkan pasukan kafir yang lebih banyak jumlahnya dan lebih canggih peralatannya. Sepulang dari medan perang yang menjadi tonggak kebangkitan ummat Islam itu, para keluarga menyambut. Para pahlawan itu pun berkata kepada mereka, _minal a’idhin wal faizin_ yang artinya saya kembali dari pertempuran dan meraih kemenangan.

“Bagi seorang muslim, setiap hari adalah hari perjuangan, hari pertempuran, dan hari kemenangan. Oleh karena itu, kalimat _minal a’idhin wal faizin_ seharusnya menjadi kalimat sehari-hari setiap muslim. Bukan cuma diucapkan dalam satu-dua pekan usai lebaran, tapi setiap hari dalam setahun,” tandas pendiri sekaligus Ketua Presidium Nasional pertama Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Muda itu.

Iqbal mencontohkan di dunia kesehatan. Seorang dokter yang berhasil mengobati atau mengoperasi pasiennya, atau bidan yang sukses membantu persalinan seorang ibu, dalam pandangan Iqbal, dokter dan bidan itu sesungguhnya telah memenangkan sebuah perjuangan.

“Seusai menunaikan tugas kemanusiaan, membantu pasiennya, menolong hamba Allah, maka seorang dokter atau perawat atau bidan muslim berhak mengatakan _minal a’idhin wal faizin._ Karena telah memenangkan suatu perjuangan. Tidak perlu menunggu lebaran untuk mengucapkan kalimat motivasional bernas itu,” kata Iqbal.

Hal serupa berlaku terhadap kalimat _taqabbalallahu minna wa minkun_ yang berarti semoga Allah menerima amal kami dan amal kalian. Keseharian setiap muslim, jelas Iqbal, diisi dengan berbagai amal kebaikan.

“Hari-hari seorang muslim diisinya dengan amal-amal kebajikan, perjuangan dan kemenangan. Maka setiap hari berlafadzkan _minal a’idhin wal faizin._ Setiap hari berkalimatkan _taqabbalallahu minna wa minkun._ Setiap hari dalam siklus setahun. Dan begitulah kita membumikan ketakwaan yang sudah kita capai seperti yang dijanjikan Allah, _la’allakum tattaqun_ itu,” pungkas Iqbal.

Sebelumnya, dalam sambutan Dirut RSWS, Dr dr Khalid Shaleh mengatakan bahwa halal bi halal merupakan tradisi positif khas bangsa Indonesia.

“Tradisi khas Indonesia ini sangat positif. Memberi ruang untuk kita saling bermaaf-maafan setelah sebulan mensucikan diri. Dalam halal bi halal kita berjabat tangan sambil saling menyapa dan saling menatap,” kata Dr Khalid.

Ditanya usai acara, ketua panitia halal bi halal keluarga besar RSWS, Nur Adzan, mengungkapkan alasan mengundang Iqbal membawakan hikmah halal bi halal.

“Dakwah Pak Iqbal khas. Kita baca itu di banyak tulisan beliau, juga ceramah-ceramahnya. Beliau tidak mau disebut Ustadz, meski alumni pesantren. Komitmen keislaman beliau jelas dan lugas, dengan pikiran-pikiran yang memadukan sains, sastra dan sosial yang penuh ghirah. Dakwah begitu menarik di zaman seperti ini,” kata Nur Adzan.

Facebook Comments Box
ADVERTISEMENT