Beranda Mimbar Ide Daur Ulang Semangat Sumpah Pemuda yang Usang

Daur Ulang Semangat Sumpah Pemuda yang Usang

0
Muhammad Hidayat Djabbari

Oleh : Muhammad Hidayat Djabbari*

“Semangat sumpah pemuda bukan hanya sekedar hapalan belaka atau hanya sekedar cerita heroik para pencetus sumpah pemuda melainkan memerlukan suatu gerakan yang memiliki manfaat untuk mempersatukan pemuda diseluruh pelosok negeri dengan tindakan (Catatan : Negeri Sang Pengolah)”

Setiap tanggal 28 Oktober selalu diperingati sebagai hari bersejarah bagi seluruh pemuda di Indonesia, karena ditanggal 28 Oktober inilah para pemuda berkumpul untuk mengikrarkan sumpah pemuda, maka tidak jarang kita sering menjumpai momentum hari sumpah pemuda ini dengan beberpa aktivitas pemuda baik itu demostrasi, ivent-ivent dan lain-lain yang dilakukan oleh para pemuda.

Namun yang ditekankan dalam tulisan ini adalah semangat sumpah pemuda, menurut hemat penulis bahwa sumpah pemuda hari ini kini mulai usang ditelan zaman, hal tersebut dapat kita lihat dibeberapa aktivitas pergerakan para pemuda sudah mulai loyo (kurang bersemangat), kita sudah jarang menjumpai aktivitas atau gerakan-gerakan konsolidasi di tingkat nasional yang bisa menghimpun seluruh organisasi kepemudaan, apalagi melakukan intrupsi-intrupsi terhadap kebijakan yang merugikan khalayak ramai, yang kita sering jumpai dikalangan pemuda malah aksi bentrok antara kampus-kampus, pelajar-pelajar dan konflik antar daerah.

Penulis mencoba mengangkat kembali terkait sejarah lahirnya sumpah pemuda yang bisa dijadikan semangat bagi pemuda-pemudi saat ini, dan inilah yang dimaksud penulis sebagai proses mendaur ulang semangat sumpah pemuda yang telah usang. Sejarah lahirnya sumpah pemuda tidak lepas dari tahun 1908 yakni lahirnya organisasi kepemudaan yang ada di STOVIA (perguruan tinggi yang ada di Belanda) yang diberi nama Boedi Utomo dan dihimpun oleh para pelajar yang sedang menuntut ilmu di negeri kincir angin.

Organisasi Boedi Utomo memberikan perhatiannya kepada kondisi kebangsaan pada saat itu dikuasai oleh kolonialisme, walaupun Boedi Utomo ini sangat kental dengan primordialisme Jawa namun dengan organisasi inilah yang menjadi pemantik munculnya gerakan-gerakan organisasi kepemudaan selanjutnya. Selain Boedi Utomo maka muncul pula organisasi kepemudaan yang bernama  Indische Vereeninging yang kemudian berubah nama menjadi Indonesische Vereeninging tahun 1922, organisasi ini diinisiasi oleh Bung Hatta yang pada saat itu sedang sekolah di Belanda (Baca : Sejarah Pergerakan Mahasiswa).

Indonisische Vereeninging ini pula lah yang kembali mengganti nama menjadi Perhimpunan Indonesia tahun 1925 setelah kembali ketanah air dengan melakukan gerakan yakni mengisi media massa dengan tulisan-tulisan propaganda yang dipelopori oleh Moh. Hatta, dan disinilah mereka melihat gerakan kepemudaan yang lemah maka mereka membentuk dua kelompok studi, dari sinilah yang menginisiasi pembentukan Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) tahun 1926 untuk menghimpun organisasi-organisasi kepemudaan yang bergerak untuk kebangsaan melalui kongres pemuda pertama. Namun, karena kongres pertama dinilai belum berhasil dan beberapa anggota PPPI masih berada di Belanda, maka dibuatlah kongres kedua pada tanggal 26-28 Oktober 1928. Kongres kedua inilah yang menghimpun seluruh organisasi primordial pada saat itu, dan dikongres kedua ini pulalah yang melahirkan beberapa kesepakatan salah satunya adalah ikrar sumpah pemuda tepat pada tanggal 28 Oktober 1928.

Dari sejarah sumpah pemuda inilah yang dapat memberikan kita semangat dalam memberikaan kemanfaatan bagi bangsa dalam setiap gerakan-gerakan kepemudaan, semangat atas keilmuan dengan menuntut ilmu serta diskusi-diskusi atau studi club yang mampu melahirkan suatu gagasan dan gerakan, dari pertemuan-pertemuan atau konsolidasi-konsolidasi yang mampu melahirkan semangat kebersamaan serta keprihatinan terhadap persoalan kebangsaan.

Momentum hari sumpah pemuda ini bukan dijadikan sebatas momentum saja, melainkan dengan adanya momentum ini kita kembali bisa mendaur ulang semangat sumpah pemuda yang pernah di ikrarkan melalui kongres kedua PPPI yang sesuai dengan konteks pemuda hari ini, karena kondisi pada masa dulu berbeda dengan kondisi masa sekarang. Kita didukung dengan adanya berbagai macam organisasi kepemudaan dan organisasi kemahasiswaan di negara ini, kiranya harus ada satu wadah yang dapat dijadikan sebagai refresentatif pemuda dan mahasiswa diseluruh Indonesia, yang mampu mewakili suara-suara akan keprihatinan terkait kondisi kebangsaan.

*) Penulis adalah ketua bidang Hikmah PC IMM Makassar Timur

Facebook Comments Box
ADVERTISEMENT