Spirit Perjuangan Kakek Penjual Pisang Dibulan Ramadhan

    0
    Kakek Ridwan di Jalan Jendral Sudirman

    Matakita.co (Gorontalo) – Ridwan, itulah nama yang kerap disapa. Pria berusia 60-an tahun ini duduk menikmati malam Ramadhan hari ke dua di pinggiran jalan Jendral Sudirman, Gorontalo.

    Waktu menunjukkan pukul 23.29 Wita. Hawa sejuk merayap setelah sholat tarwih, Aspal yang dingin, langit hitam, raungan mesin yang dibawa lari oleh bocah-bocah gila yang tak takut akan kematian. Semuanya tertutupi oleh samar-samar bayangnya.

    “Lagi menikmati suasana malam hari Kota Gorontalo, sambil menunggu pembeli menghampiri” kata Ridwan saat ditemui di depan .Kantor LLDIKTI ,Gorontalo, tadi malam. (6/5/2019)

    Malam itu, pria tua , dengan semangat mengiringi sepeda tuanya, jarak yang ditempuhnya terbilang sangat jauh, dari Kabila, kabupaten bonebolango, hingga ke kota gorontalo, tentunya sangatlah memakan waktu yang cukup melelahkan.

    Usai diwawancarai, ridwan menolak dimintai foto, dirinya menuturkan pernah ada yang mengambil gambar saat ia tertidur lelap diatas trotoar pejalan kaki hingga mempublis diportal gorontalo, dengan hal itu, keluarganya melihat dan memarahinya dengan tutur kata yang membuatnya sedih, “bikin malu keluarga saja, sudah miskin bikin malu lagi” tuturnya dengan penuh kesedihan

    Malam itu, ia memandangi jualan pisang dan kacang-kacangan yang belum saja terjualkan.

    Profesinya sebagai penjual pisang, membuat dia biasa bekerja hingga larut malam. Biasanya, dia mulai keluar rumah selepas pagi hari, hingga pukul 21.00 Wita namun kerena bulan puasa iapun keluar mulai dari pukul 15.00 Wita, hingga larut terbit fajar.

    Namun malam itu, ridwan tak menyoalkan dimana dan dengan menu apa ia sahur, tuturnya niat saja sudah cukup. Karena kalau pisang itu dimakan, ia tak mendapatkan uang untuk biaya sekolah anak-anaknya. Apalagi dalam satu sisir pisang dengan harga Rp.15.000 ia hanya mendapatkan keuntungan sebesar Rp.2.000, karena selebihnya di kembalikan ke bosnya, sudah 3 hari pisang itu tetap dijualnya hingga saat ini, belum saja terjualkan semuanya.

    Ridwan pun menuturkan, ia tidak merasakan kerugian dengan upah yang diberikan hanya senilai Rp.2.000, ” siapa yang akan berikan uang Rp.2.000 itu secara cuma-cuma? Lebih baik dihargai dengan upah seperti itu dari hasil keringat kita sendiri, dibandingkan menjadi peminta-minta, karena pekerjaan meminta-minta itu ialah pekerjaan yang malas dan pasti hal itu akan menghina diri sendiri serta keluarga.” Tuturnya.

    Kakek Ridwan

    Konsekuensi yang ia ambil ketika dagangan itu tak terjualkan ia pun tetap harus menyetor uang sesuai harga pisang. Selain berjualan pisang, ia pun menuturkan,bekerja menjadi pemulung kardus, serta kerja serabutan, hal itu guna untuk mengganti setoran pisang yang tak terjualkan serta sebagai biaya hidup dan sekolah anaknya, tuturnya dengan penuh kesedihan.

    “Ya penghasilan dicukupin saja buat anak-anak sekolah,” ucap kakek berjanggut itu

    Namun, dia bersyukur meski menjadi pemulung, ada penghasilan tetap yang bisa dibawa ke rumah. Pemulung juga membuatnya lebih bebas, karena tidak terikat dengan orang.

    Perasaan sedih ia sampaikan, karena tak memiliki cukup uang untuk mendirikan usaha lainnya selain berjualan pisang dan kacang-kacangan, pemulung hingha serabutan. Apalagi hingga saat ini pemerintah hanya membantunya dengan PKH dalam 3 bulan sekali jumlah uang yang ia terima Rp. 275.000 itu pun hanya untuk biaya baju sekolah dan sepatu anaknya.

    Namun dirinya tetap bersyukur atas bantuan itu, selebihnya ia menuturkan, saya serahkan semuanya kepada tuhan, akan kemana hidup ini, karena rejeki sudah ada yang mengaturnya.

    “Bagaimana tidak sedih? Ketika saya jatuh sakit lantas siapa yang akan membiayai anak saya untuk sekolah, biarlah saya yang harus berjualan hingga larut, asal anak saya bisa sekolah dan menjadi cerdas.” tutur ridwan.

    Untuk itu pula, ridwan memilih duduk di pinggir sepedahnya, saat waktu sahur tiba. Dia tak menampik, salah satu tujuannya adalah mendapat rezeki dari lalu lalang kendaraan yang melintas.

    “Kalau ada yang beli ya alhamdulillah, kalau tidak, yaa saya harus tetap bersabar” tuturnya

    Harapannya, dia dapat mengumpulkan uang lebih untuk anaknya bersekolah dan pulang dengan dagangan yang laris. Tutup ridwan.

    Facebook Comments Box
    ADVERTISEMENT