Oleh Aswar Hasan
Kemenangan Anis Sandi disambut haru dengan suka cita bagi segenap pendukung Barisan 211 dan Aktifis Gerakkan Nasional Pembela Fatwa (GNPF) MU dengan tokoh sentralnya Ustadz Habib Rizieq Shihab.
Setidaknya ada beberapa faktor penyebab kemenangan Anis Sandi. Pertama, akibat penggumpalan soliditas emosi keagamaan umat Islam akibat efek Al Maidah 51 yang tafsirannya diperkuat oleh kedatangan ulama pendakwah dunia, Dr. Zakir Naik.
Kedua, pengaruh kampanye media sosial dengan berbagai tema yang berkonvergensi menyudutkan Ahok sebagai sosok pemimpin yang bercitra kasar, suka marah dan berkata-kata kotor, yang jauh dari sopan santun kultur Indonesia.
Ketiga, merebaknya propaganda dan agitasi yang menjadi momok bagi eksistensi mayoritas yang jika Ahok menang, maka sejumlah agenda strategis yang siap dilaksanakan untuk meminggirkan eksistensi dan peran mayoritas oleh minoritas atas alibi demokrasi.
Keempat, kelompok rasional terdidik merasa dan mencium adanya ketidakadilan dan bau keberpihakan sang Presiden Jokowi beserta aparat kabinetnya, sehingga nalar dan integritas intelektualitas kaum terdidik itu, tergelitik untuk melakukan perlawanan dengan memberikan simpatinya terhadap Anis Sandi, pun demikian atas apa yang dialami oleh Agus Silfi sebagai pihak yang mendapatkan perlakukan yang tidak adil oleh pihak penguasa yang seolah menguntungkan Ahok Jarot.
Kelima, publik sadar dan marah, bahwa ternyata Ahok dan Jarot bukanlah simbol tokoh yang bersih dan fairness dalam berkompetisi secara jujur dan adil, akibat publikasi yang massif di media sosial tentang gerakan sembako Ahok Jarot dalam memengaruhi masyarakat pemilih di DKI. Masyarakat sadar dan marah, karena merasa dilecehkan hak pilihnya, atau mungkin juga akidahnya dengan setakar sembako. Akibatnya, terjadi solidaritas perlawanan. Godaan sembako Ahok Jarot itu pun akhirnya jadi bumerang. Ahok Jarot pun kalah telak, banyak yang tak menduga atas kemenangan telak Anis Sandi tersebut.
Di tengah pesta kemenangan itu, ada banyak meme dengan pesan setengah riang meledek pendukung Ahok Jarot. Misalnya, menagih janji Ruhut Sitompul yang akan memotong kuping jika Ahok kalah. Pun, terhadap seorang Ibu-ibu yang berjanji untuk memotong kedua susu payudaranya jika Ahok Jarot kalah. Akankah Ruhut dan Ibu itu memotong benda miliknya yang berharga itu? Semoga tidak, karena bagian tubuh yang dia janjikan untuk dia potong itu, adalah milik Tuhan yang dipinjamkan kepadanya. Dia tidak berhak sewenang itu, dengan menzalimi dirinya karena kesombongan dan atau ketakkaburannya.
Di tengah kegaduhan hiruk pikuk meledek pendukung Ahok yang telah kalah telak itu, mencuat salah satu pesan moral dari pendukung Anis sandi yang mengatakan; “saatnya kembali bersatu dan melupakan perbedaan. Kita satu sebagai bangsa. Saatnya tunjukkan sisi-sisi Islam sebagai rahmatan lil Alamin.” Subhanallah.
Wallahu A’lam Bishawwabe
[Tulisan ini juga dimuat di Harian FAJAR edisi Ahad/23/4/2017, kolom SecangkirTeh]