Beranda Mimbar Ide Secarik Catatan Duka Palestina

Secarik Catatan Duka Palestina

0

Oleh : A. Achmad Fauzi Rafsanjani*

Aktivitas kompen yang begitu menguras tenaga membuat saya memilih untuk menghabiskan sore ini dengan menikmati lagu ditemani secangkir kopi hambar buatan saya sendiri. Sepertinya saya mesti belajar kepada Ben (salah satu pemeran filosofi kopi) meracik kopi meski tak ada niat untuk menjadi barista. Yah minimal bisa meracik kopi nikmat untuk diri sendiri biar pahitnya bisa terpahami. Lagu demi lagu silih berganti dan hanya sekedar berlalu begitu saja tanpa menitipkan sedikit makna. Namun suasana hati saya berubah ketika…

A blinding flash of white light

Kilatatan cahaya putih yang membutakan mata

Lit up the sky over Gaza tonight

Menerangi langit Gaza malam ini

People running for cover

Orang-orang berlari mencari perlindungan

Not knowing whether they’re dead or alive

Tidak tahu apakah mereka mati atau hidup

Lagu “We Will Not Go Down (Gaza)” karya Michael Heart di tahun 2009 telah membawa jiwa, hati dan pikiran saya ke negeri yang jauh di sana. Yah anda benar, Palestina. Sekilas gambaran puing-puing bangunan, tumpukan mayat, suara tembakan, wajah anak-anak yang berlinang air mata terlintas di benak saya.

They came with their tanks and their planes

Mereka datang dengan menaik tank dan pesawat

With ravaging fiery flames

Dengan kobaran api yang menghacurkan

And nothing remains

Dan tidak ada yang tersisa

Just a voice rising up in the smoky haze

Hanya sebuah suara yang terdengar di tengah asap tebal

Lirik demi liriknya telah membawa saya kembali ke bulan Juli 2014 silam. Kala itu, pemuda dari berbagai organisasi kemahasiswaan dan organisasi kepemudaan di Kota Sengkang, Kabupaten Wajo mengadakan aksi solidaritas sebagai bentuk dukungan terhadap Palestina yang selama ini dirampas haknya oleh rezim Zionis Israel. Aksi solidaritas ini dilakukan selama dua hari. Hari pertama diisi dengan kegiatan live music di pelataran Bank Mega Sengkang yang diikuti dengan penggalangan dana di sekitar tugu BNI Sengkang. Selanjutnya hari kedua diisi dengan long march yang dimulai dari tugu Bank BNI Sengkang yang kemudian berjalan mengitari pasar sentral Sengkang sambil menyuarakan sikap mengutuk rezim Israel dan mengajak warga Sengkang untuk ikut bersolidaritas.

Tahun 2014 adalah eskalasi konflik Palestina-Israel. Di tahun itu terjadi pemblokiran jalur Gaza oleh pemerintah Mesir dan Israel, pembunuhan seorang remaja Palestina hingga penangkapan seluruh pimpinan Hamas oleh Israel. Pada konflik ini tercatat lebih dari 1.300 roket dilancarkan oleh Israel dan 800 roket yang ditembakkan dari Gaza ke Israel. Bagi beberapa kalangan, konflik ini merupakan operasi militer terparah yang pernah terjadi di gaza. Sebanyak 1.880 warga Palestina tewas dan 10.000 lainnya mengalami luka-luka. United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA) dari Protection Cluster menyatakan bahwa 33% dari korban yang tewas merupakan wanita dan anak-anak.

Ingatan-ingatan itu membuat saya menghembuskan nafas panjang sambil mencoba menerka-nerka apa yang akan saya lakukan jika saya yang ada di posisi itu. Namun khayal tak mampu menggambarkannya.

We will not go down

Kami tidak akan menyerah

In the night, without a fight

Di malam hari, tanpa perlawanan

You can burn up our mosques and our homes and our schools

Kau bisa hancurkan masjid kami dan rumah kami dan sekolah kami

But our spirit will never die

Tetapi semangat kami tak akan pernah hilang

Pada titik ini, muncul pertanyaan “Bagaimana kondisi di Palestina hari ini ?, Apakah orang-orang di sana juga meributkan masalah perpu seperti orang-orang di negeri ini ? apakah orang-orang di sana juga beranggapan bahwa Khilafah adalah solusi dari setiap problematika ummat ? ataukah pejabat-pejabat mereka disibukkan dengan skandal E-KTP?”. Sepertinya, saya semakin ngawur saja.

Smartphone yang selama ini saya gunakan hanya untuk mengungggah foto-foto gehol, status alay,di social media, dan meneruskan berita hoax, kali ini saya gunakan untuk mencari informasi terkait kondisi terkini di Palestina. Hadeline “Israel Terus Serang Pemrotes, Rumah Sakit Palestina Dipenuhi Pasien Terluka”, “Memanas ! Tentara Israel Terus Serang Pendemo di Berbagai Wilayah Palestina”, “Konflik Al-Aqsa Berlanjut, Dua Warga Palestina Tewas” muncul di beranda saya. Ternyata salah satu tempat suci Masjidil Aqsa telah dipasangi dengan detektor logam di bagian pintu masuk yang bagi warga Palestina dipandang sebagai upaya penguasaan Yerussalem oleh Israel. Hal ini kemudian memicu perlawanan warga sipil yang berujung bentrok dengan tantara Israel. Laporan Palang Merah menyebutkan bahwa 450 orang terluka dalam bentrokan tersebut. “Kami berdoa setiap pagi disini dan polisi menyerang kami, saya berniat untuk terus berdoa di sini sampai Israel menghapus semua yang baru”, kata Husein Da’na warga Palestinya yang berusia 76 tahun kepada Aljazeera sebagaimana yang dilansir ARN.

Women and children alike

Wanita dan anak-anak sama

Murdered and massacred night after night

Dibunuh dan dibantai setiap malam

While the so-called leaders of countries afar

Sementara pemimpin negara jauh disana

Debated on who’s wrong or right
Diperdebatkan siapa yang salah atau benar

Saya baru menyadari bahwa selama ini isu tentang kemerdekaan Palestina telah tenggelam sehingga terlupakan oleh banyak masyarakat.Selama ini kita lebih senang meributkan berita pernikahan hingga perceraian artis-artis, waktu kita banyak terbuang untuk saling kafir-mengkafirkan, kita terlalu heboh dengan perppu yang diterbitkan pemerinta, ada juga yang masih sibuk ingin mendirikan khilafah. Bagi saya, ketika khilafah adalah solusi, cobami dulu di Palestina. Kalau bisa meki, usir zionis di sana, tappa’ma. Negara-negara teluk di Timur Tengah lebih senang saling memusuhi, saling boikot, saling serang meski serumpun, sementara di sisi lain kekuatan zionis semakin terkonsolidasikan dengan baik.

Setiap detiknya, warga Palestina mesti hidup dengan bayang-bayang kematian. Terkadang anak-anak mesti menyaksikan orangtuanya tewas di pangkuannya sendiri. Sungguh tak ada yang lebih menyakitkan selain menyaksikan orang terkasih tewas dibunuh di depan mata sendiri. Pertanyaan sederhana kembali terbesit “berapa detik waktu yang telah kita sisihkan dalam sehari untuk memikirkan ummat ?, seberapa sering kita memanjatkan doa kepada saudara-saudara kita yang mengalami ketertindasan ? dan di saat saudara kita di Palestina menginginkan ketenangan, mengapa kita di negeri ini selalu menginginkan kerusuhan ?”

We will not go down

Kami tidak akan menyerah

In the night, without a fight

Di malam hari, tanpa perlawanan

You can burn up our mosques and our homes and our schools

Kau bisa hancurkan masjid kami dan rumah kami dan sekolah kami

But our spirit will never die

Tetapi semangat kami tak akan pernah hilang

Kuota telah habis, kopi yang ada di samping saya juga telah habis, namun harapan akan kemerdekaan Palestina tak akan pernah habis. Duka Palestina adalah duka kita juga karena kisah mereka adalah bagian dari kisah kita. Semoga doa-doa senantiasa terpanjatkan kepada mereka karena kekuatan doa mampu mengubah yang mustahil menjadi mungkin, dan mengubah yang mungkin menjadi pasti. Al-Fatihah.

We will not go down
Kami tak akan menyerah

In Gaza tonight
Di Gaza malam ini

*) Penulis merupakan ketua Umum HMA-PNUP periode 2016/2017, sekarang diamanahkan Ketua umum Rumpun Pemuda Wajo Sedang berjuang menyelesaikan kompen semester 6 di jurusan Akuntansi PNUP

Facebook Comments Box
ADVERTISEMENT