Oleh : Arifudin*
Suasana Pilpres dan pileg sangat hangat dan panas seperti api “kayu” dan bahkan diperbincangkan di media sosial (medsos) dan kehidupan nyata. Yang dimana dinamika pemilu pilpres dan Pileg sekarang, masih mengalami peristiwa kontroversi, yang dimana baru-baru ini di gorontalo terjadi pemindahan dua kuburan hanya dikarenakan perbedaan politik antara keluargannya untuk pileg #2019. Atas dasar perbedaan itulah kedua kuburan di desa Toto selatan, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, pada sabtu pagi, 12 Januari 2019 dibongkar dan dipindahkan lokasihnya.
Kejadian lain di sampang, Madura, saling cek-cok akibat memiliki calon presiden yang berbeda dalam pemilihan presiden 2019. Insiden Ini terjadi pada rabu, 23 November 2018. Dengan adanya insiden tersebut maka berujung pada meninggalnya salah satu pendukung presiden karena di tembak oleh seseorang yang lainnya.
Polarisasi ini diperparah oleh sikap elit yang sangat konfrotatif seperti menyebar hoax dan fitna. Masalahnya mereka tak tau menau apa danpak yang terjadi diakar rumput atas apa yang mereka pertontonkan selama ini.
Pesta demokrasi pasti terjadi setiap lima tahun sekali, sehingga diharapkan tak merusak hubungan masyarakat, yang telah terjalin sejak terdahulu. Jangan sampai demokrasi ini membuat masyarakat terbelah dan antar kampung nggak saling sapa-menyapa.
Penulis mengutip apa yang disampaikan oleh Joko widodo ” memilih siapa-siapa silakan, karena ini pesta demokrasi. Berbeda pilihan juga tidak apa-apa, tetapi kerukunan dan persatuan jangan perna dilupakan”.
Dari berbagai insiden yang penulis uraikan diatas, tentunya kita sadar bahwa di panasnya kayu api politik nasional. Kerukunan beragama, persaudaraan kita jangan sampai terputus. Perbedaan politik itu hal yang wajar. Pilihan itu bisa berbeda-beda tapi, persatuan kita tetap satu dan utuh.
Dalam semboyan binekah tunggal ika ” berbeda tapi tetap satu”. Di panasnya kontestasi Pilpres dan Pileg tentu sebagian orang ingin menusuk, dan memecahbelah-kan umat beragama. Hal inilah yang harus kita waspadai. Jangan karena politik kita jadi saling siku-menyiku antar sesama umat beragama.
2019 adalah pesta damai dan jangan terpecah belah karena perbedaan politik. Mari rawat persatuan dan kesatuan sesama umat beragama. Siapa-pun yang menang itulah pemimpin kita. Jangan saling sindir menyindir, sehingga menimbulkan pertikaian, dan pertikaian itu akan berakhir dengan perpecahan. Mari menjaga, merawat demokrasi ini dengan gagasan-gagasan rasio untuk menyatukan Indonesia yang berkemajuan nantinya.
Walahu a’lam bish’showab
*) Penulis adalah Mahasiswa PPKn Universitas Muhammadiyah Mataram









































