MataKita.co, Makassar – Tim Lanthasium Program Kreativitas Mahasiswa Riset Eksakta (PKM-RE) Universitas Hasanuddin (Unhas) mengembangkan inovasi Layered Double Hydroxide (LDH) sebagai agen pengadsorpsi limbah khususnya antibiotika tetrasiklin dan kuinolon. Riset ini ditujukan untuk mengolah limbah agar memenuhi syarat mutu baku cemaran antibiotika sebelum dilepas ke lingkungan.
Tim Lanthasium beranggotakan lima mahasiswa yaitu Ridha Izzah Syahida, Nur Muizza, Nur Syarqia Haeruddin, Meylisa Awaliyah Putri dari fakultas Farmasi, dan Zainal Afandi dari fakultas MIPA.
Limbah masih menjadi isu yang paling sering dibicarakan oleh negara-negara berkembang. Salah satu limbah yang penting untuk diwaspadai yaitu limbah antibiotika. Limbah antibiotika dapat bersumber dari industri farmasi, rumah tangga, rumah sakit, puskesmas dan pelayanan kesehatan lainnya. Banyaknya limbah antibiotika di lingkungan akan menyebabkan resistensi antibiotika. Hal ini disebabkan karena banyaknya penggunaan antibiotika dan kurangnya pemahaman masyarakat terkait aturan penggunaan antibiotika dan cara pembuangan antibiotika yang benar, sehingga bakteri menjadi resisten dan aktivitas antibiotika sudah tidak efektif lagi. Oleh karena itu, diperlukan pengolahan limbah antibiotika yang baik dan ramah lingkungan untuk mengurangi terjadinya resistensi antibiotika dan menjadikan air limbah yang dilepas ke lingkungan lebih aman yaitu salah satunya menggunakan Layered Double Hydroxide (LDH) sebagai adsorben.
LDH merupakan suatu material yang tersusun atas logam divalen dan logam trivalen melalui proses adsorpsi dengan keunggulannya yang memiliki kapasitas adsorpsi lebih besar, keramahan lingkungan, dan biaya yang rendah. Pada riset ini digunakan logam divalen berupa magnesium dan logam trivalen berupa lanthanum. Selama proses adsorpsi berlangsung akan terjadi penarikan karena kontak antara fase fluida (cairan) yang mengandung kontaminan (adsorbat) akan dihilangkan oleh padatan (adsorben). Karena ketidakseimbangan gaya tarik menarik, kontaminan akan tertarik ke permukaan adsorben melalui interaksi fisika dan kimia. Dengan demikian, limbah yang dilepaskan ke lingkungan tidak menyebabkan bahaya kesehatan bagi masyarakat.
“Kami juga melakukan pengujian reusability untuk melihat penggunaan adsorben LDH sehingga dapat digunakan beberapa kali. Hal ini akan mengurangi biaya operasional dalam jangka panjang dengan menggunakan kembali adsorben serta dapat mengurangi limbah padat dengan meminimalkan limbah adsorben yang sudah digunakan” jelas Ridha Izzah Syahida kepada matakita.co (6/7/2024).
Ridha menjelaskan untuk pengaplikasian dalam skala industri perlu dilakukan optimasi lebih lanjut karena saat ini penggunaannya masih diaplikasikan dalam skala laboratorium.
Segala bentuk keterbatasan dalam riset ini tentunya menjadi tantangan kami dalam pelaksanaannya di masa yang akan datang.
“Walaupun demikian, tim Lanthasium berterima kasih kepada Fakultas Farmasi atas dukungan yang diberikan, dan dengan ini kami berharap riset ini menjadi pendahuluan sebagai pengujian awal penggunaan adsorben baru dalam pengolahan limbah cair yang mengandung antibiotika” jelasnya.