Oleh : Aksan Al-Bimawi**
Fidel Castro bukan sekedar pemimpin biasa. Lebih dari itu ia adalah sosok pahlawan kemanusiaan yang anti penjajahan. Kegigihannya dalam menentang imperialisme di tanah kelahirannya adalah sebuah bukti bahwa dirinya adalah pejuang kemerdekaan sekaligus pejuang kemanusiaan. Apabila kita menoleh ke belakang untuk membicarakan kembali perjalanan sejarah Kuba, maka sosok Fidel Castro adalah bagian yang tidak bisa dilupakan apalagi dihilangkan dalam sejarah dan sepak terjang sebuah Negara yang bernama Kuba. Lebih dari 40 tahun, Kuba bertahan di tengah-tengah serangan yang begitu hebat dari Amerika Serikat. Meskipun begitu, negara ini tetap melakukan perlawanan dan dapat bertahan. Salah satu kebijakan luar negeri Amerika Serikat yang melumpuhkan total perekonomian negara Kuba adalah adanya sanksi embargo ekonomi. Upaya Amerika Serikat dalam mematahkan semangat perjuangan Fidel Castro juga dilakukan melalui serangan militer. Embargo ekonomi yang diberikan Kuba kepada Amerika Serikat merupakan peristiwa yang sangat panjang. Beberapa presiden Amerika Serikat dimulai dari Eisenhower, John F. Kennedy sampai pada presiden George W. Bush tetap melakukan hal yang sama. Tercatat 45 tahun sanksi tersebut berjalan mengakibatkan kondisi perekonomian Kuba benar-benar dalam krisis.
Sanksi embargo tersebut justru menjadi bumerang bagi Amerika Serikat sendiri. Kebijakannya yang mengembargo ekonomi membawa Fidel Castro dan negaranya kearah kiri. Kuba tetap bertahan dengan sosialismenya, bahkan dalam catatan Weisboard menyampaikan terima kasih untuk kebijakan Amerika Serikat yang tolol, yang telah mendorong Kuba ke orbit Soviet. Menteri luar negeri Kuba Felipe Perez Roughe dalam sidang PBB tahun 2004 mengatakan bahwa Amerika Serikat adalah pemerintahan besar dan perkasa. Namun, mereka begitu takut pada sebuah pulau kecil para pemberontak.
Peristiwa awal yang menandai dimulainya penerapan embargo ekonomi di Kuba adalah tepatnya pada tahun 1960. Presiden Amerika Serikat mengeluarkan sebuah kebijakan yang melarang segala bentuk perdagangan produk-produk Amerika Serikat di Kuba terkecuali obat-obatan dan makanan. Setelah diadakan kongres di negaranya, Amerika Serikat meminta kepada presiden untuk melakukan embargo ekonomi secara total terhadap Kuba. Amerika Serikat melarang semua bahan-bahan yang mempunyai kandungan material yang asalnya dari Kuba. Kebijakan tersebut diperketat lagi oleh John F. Kenedy untuk melarang negara mana saja membantu Kuba yang dikirim melalui pemerintah negara-negara Amerika Latin dan termasuk NATO. Amerika Serikat juga melarang warga negaranya datang mengunjungi Kuba. Walau sebelumnya, Kuba semasa pemerintahan Batista merupakan surga bagi Amerika Serikat.
Tahun 1977, presiden Carter mencabut peraturan yang melarang setiap warga negara Amerika Serikat mengunjungi Kuba. Akan tetapi, kebijakan itu kembali diberlakukan ketika presiden Ronald Reagan memimpin Amerika Serikat. Dunia menilai bahwa embargo tersebut adalah suatu kekonyolan, meskipun banyak pihak lain yang tidak setuju terhadap tindakan tersebut. Majelis sidang PBB pernah memungut suara guna embargo tersebut dicabut tapi hasilnya tetap sama. Alexandrio seorang guru di Havana menuturkan “Amerika Serikat itu curang dan otoriter, ketika kami tidak mau taat terhadapnya, dia menggunakan kekuasaan dan hegemoni untuk menekan kami, tetapi kami kuat, buktinya Kuba masih ada dan Castro masih berkuasa, sementara itu sudah berganti presiden Amerika Serikat yang masuk ke gedung putih”. Penuturan tersebut menandakan bahwa meskipun Amerika Serikat begitu kuat dan berkuasa, tetapi pemerintah Fidel Castro tidak pernah merasa takut akan tindakan embargo ekonomi Amerika Serikat.
Saat awal embargo ekonomi, kondisi perekonomian makro bagi rakyat begitu sangat memprihatinkan. Tercatat banyak diantaranya dalam sepuluh keluarga hanya ada satu keluarga yang mampu membeli susu. Lebih dari 1/3 rakyat Kuba tidak memiliki pekerjaan tetap, 30% mereka menderita cacingan dan sekitar 43% mereka masih tetap dalam kondisi buta huruf. Meski demikian, Castro masih menjadi pahlawan bagi rakyat Kuba. Rakyat tetap mencintainya karena pemerintahannya yang bebas dari korupsi. Menyelamatkan rakyat Kuba dari keterpurukan adalah cita-cita Fidel Castro sekaligus inspirasi untuk tetap bertahan. Castro mengungkapkan, “Walau kami dogmatik, kami tidak suka kultus individu, kami tidak mengajar orang-orang untuk percaya, melainkan berfikir”. Demi menyelamatkan rakyatnya, Fidel Castro memanfaatkan secara efektif bantuan ekonomi dari Uni Soviet. Castro memulainya dengan cara menaikkan standar kesehatan melalui program pendidikan gratis untuk rakyat Kuba, memberantas buta huruf, dan semuanya itu membutuhkan proses yang panjang.
Beberapa program yang dilakukan oleh Fidel Castro demi menyelamatkan negaranya akhirnya membuahkan hasil. Tercatat, Dr. Edwin Roy John Direktur New York Medical College, saat berkesempatan untuk mengamati Kuba setelah konferensi kesehatan Havana tahun 1966. Ia mengatakan …, kecuali tidak adanya demokrasi parlementer, tampaknya pemerintah cukup tanggap dengan kemauan dan kebutuhan rakyatnya dan mendapatkan dukungan yang sangat luas. Selama lebih dari 40 tahun tampaknya angin segar untuk Kuba tidak terlihat sama sekali. Ketika negara Uni Soviet yang menggandeng Kuba runtuh, negara Kuba tambah menderita dengan kehilangan tempat pemasarannya. Mereka juga kehilangan pemasok terbesar untuk kebutuhan impornya. Akibat yang ditimbulkannya adalah listrik sering padam, pasokan air sangat terbatas, orang pada antri membeli kebutuhan pokok. Dalam perkembanganya politiknya, embargo pun telah dilanggar demi kemanusiaan.
*Tulisan ini sekedar celoteh untuk mengenang Fidel Castro yang telah meninggal pada tanggal 26 November 2016 pukul 22.29 waktu setempat. Sebelumnya ia pernah berkuasa selama 50 tahun di Kuba.
“Selamat Jalan El Commandate, Dunia Mengenang Perjuanganmu”
**Penulis adalah Dosen Pendidikan Sejarah Universitas Mulawarman Kalimantan Timur