Oleh : Eka Sandri Yusuf, S. S*
Beberapa hari yang lalu, kita merayakan momen gemilang dalam perhelatan Wisudah. Namun, di tengah kebahagiaan itu, terungkap fakta unik yang menggelitik pikiran saya. Sejumlah besar rekan wisudawan rupanya memandang Wisudah bukan hanya sebagai puncak, melainkan sebagai simbol akhir dari perjalanan panjang pendidikan mereka. Keunikan ini terpapar jelas dalam deretan unggahan di media sosial, di mana mereka memamerkan potret bersama toga sambil memasang caption singkat, “Akhirnya WIS UDAH.”
Momen wisuda sering dianggap sebagai puncak perjalanan pendidikan, sebuah titik akhir yang memandang ke belakang pada semua perjuangan dan pencapaian.
Namun, sebuah pertanyaan muncul: “apakah setelah wisuda, kita benar-benar sudah atau selesai dalam melakukan sebuah perjalanan kehidupan?”
Seiring bergulirnya medan kehidupan, ada kecenderungan untuk melihat wisuda sebagai akhir tujuan, sebuah panggung di mana kita bisa istirahat dan menikmati hasil kerja keras selama bertahun-tahun setelah perkuliahan.
Namun, bolehkah kita benar-benar beristirahat setelah Wisudah digelar?, nyatanya tidak.
Mengutip dari salah satu ayat Al-Qur’an, ALLAH SWT berfirman:
“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain,”
(Surah Al-Insyirah Ayat 7)
Ayat ini tentunya mengajarkan bahwa kelulusan bukanlah akhir dari semua. Dalam refleksi mendalam terhadap petunjuk ilahi tersebut, tampaknya kita diingatkan untuk tidak terjebak dalam paradigma bahwa kehidupan berhenti setelah cap dan toga dikenakan.
Ayat yang mulia ini adalah panggilan untuk memahami bahwa setiap “selesai” adalah awal dari yang baru dan setiap “Wisudah” adalah langkah pertama dalam menjelajahi tanah yang belum terjamah.
Ayat ini memberikan perspektif baru, menegaskan bahwa kehidupan tidak mengetahui istirahat mutlak. Ketika satu pintu tertutup, maka pintu lainnya terbuka, dan kita diundang untuk menjalani urusan selanjutnya dengan ketulusan dan komitmen. Kesuksesan akademis hanya segelintir bab dari buku yang lebih besar dan kompleks yang kita tulis sepanjang hidup.
Mungkin, ada saat-saat di mana kita tidak tahu akan berjalan ke mana, berapa lama, menetap di mana, mengerjakan apa, dan memberikan arti apa. Sungguh, sebuah pertanyaan besar yang tidak mudah untuk ditebak. Ada kalanya kita merasa, apakah sebaiknya mengambil jeda, menunda, atau bahkan berhenti.
Menurut saya, berbahagialah kita tidak pernah mengetahui masa depan secara pasti. Karena itulah, masa depan layak untuk kita perjuangkan! Bukan untuk berjalan santai, melainkan untuk berupaya keras memberikan arti dalam setiap detik yang dilewatkan, dengan harapan membangun akhir yang indah di penghujung perjalanan kehidupan.
Sejatinya, kelulusan adalah pintu gerbang menuju tantangan lebih besar, panggilan untuk menjelajahi wilayah pengetahuan dan pelayanan yang lebih luas. Jadi, mari sambut Wisudah sebagai perayaan, bukan akhir dari cerita kita, dan dengan ketulusan, marilah kita lanjutkan ke urusan yang lain, membawa semangat belajar dan pengabdian melampaui garis akhir wisuda.
Ketika topi wisuda dilemparkan ke udara, itu adalah tanda bahwa tantangan sejati baru saja dimulai. Bagaimana kita akan mengaplikasikan ilmu yang telah kita peroleh dalam kehidupan nyata? Bagaimana kita akan memberdayakan masyarakat dengan pengetahuan kita? Dan seberapa besar kita akan berkontribusi terhadap dunia yang nantinya akan bermanfaat dikehidupan akherat kelak?
“Wis uda” bukanlah panggilan untuk beristirahat, tetapi untuk bersiap menghadapi babak berikutnya. Tidak ada ruang untuk bersantai, karena setiap langkah yang diambil setelah wisuda memiliki potensi untuk membentuk takdir kita sendiri. Gelar di tangan hanyalah kunci, tetapi bagaimana kita membuka pintu keberhasilan sesungguhnya terletak pada dedikasi, perjuangan, dan ketekunan kita setelahnya.
Jadi, mari kita renungkan kembali makna sebenarnya dari “Wisudah, Apakah Benar-benar Wis Uda?” dan temukan jawabannya dalam komitmen kita untuk terus tumbuh, belajar, dan menjadi agen perubahan positif di dunia ini. Sebab, kehidupan tidak pernah berhenti pada satu babak, dan setiap wisuda sejatinya adalah permulaan perjalanan tanpa akhir.
*) Penulis adalah wisudawan Sastra Arab Fakuktas Ilmu Sosial UMGO







































