Oleh : Musfira*
El Niño adalah fenomena iklim yang terjadi ketika suhu permukaan laut di Samudra Pasifik Tengah dan Timur menjadi lebih hangat dari biasanya. Peningkatan suhu permukaan laut dapat menyebabkan perubahan pola cuaca global, yang pada gilirannya mempengaruhi produksi tanaman dan hewan. Curah hujan yang tidak normal, kekeringan, dan cuaca ekstrem lainnya seringkali terjadi selama periode El Niño.
Dibalik dampak negatif El Nino terdapat berkah bagi petani garam. Hal ini tentu dapat meningkatkan produksi mereka, mendukung industri lokal, dan menciptakan lapangan kerja. Salah satu daerah produksi garam yang ada di Sulawesi Selatan yaitu Kabupaten Jeneponto. Disepanjang jalan banyak ditemui penjual garam baik dalam kemasan kecil dan juga per 1 karungnya.
Garam merupakan salah satu komponen makanan yang seringkali digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan garam tidak hanya terbatas pada penyedap rasa, tetapi juga memiliki peran penting dalam proses memasak dan pengawetan makanan. Keberadaan garam dalam berbagai hidangan tidak hanya memberikan rasa yang khas, tetapi juga dapat memperkuat tekstur dan aroma makanan. Di Indonesia garam menjadi media atau fortifikan salah satu zat gizi yang sangat dibuthkan oleh tubuh, yaitu Yodium.
Produksi garam yang meningkat ini tentunya dapat dimaanfaatkan dengan optimal, melihat data BPS bahwa setiap tahun Indonesia selalu mengimpor garam.
Impor garam besar-besar ini membuka berbagai peluang yang tidak seharusnya terjadi, seperti beberapa petinggi pemerintahan (Kementian Perindustrian) yang diduga melaukan tindak pidana korupsi dalam pemberian fasilitas impor garam dari tahun 2016 sampai 2022.
Disamping itu kebijkan Universal Salt Iodization nampaknya juga dapat terpengaruh. Peredaran garam hasil Impor di Masyarakat juga, menunjukkan beredarnya garam-garam non yodium. Dimana kita ketahui salah satu zat gizi yang wajib fortifikasi adalah Yodium ke dalam garam.
Kondisi El Nino memberikan fakta bahwa produksi garam dapat meningkat, air laut tersedia, lahan dan media tersedia namun perlu inovasi bagaimana agar jika musim El Nino sudah berganti produksi garam tidak turun. Bagaimana pengembangan teknologi terbarukan untuk menjawab hal tersebut. Mungkin hal ini dapat menjadi lebih solutif mengigat masalah impor garam terkait korupsi, masalah ke gizi (Yodium) lebih besar disbanding dengan membuat inovasi. Indonesia tidak kekurangan orang orang hebat dalam hal itu tentunya.
*) Penulis adalah Mahasiswa S2 Ilmu Gizi Unhas