Oleh, Muh. Ilham Nur
Sebetulnya, Zuhud bukanlah perbuatan yg berbentuk sesuatu yg dapat dilakukan, bukan barang yg kita bisa ambil dan lemparkan. zuhud adalah langkah2 yg bertahap, pertama kali kita harus menatap dunia dan melihat bentuk aslinya, seperti pandangan mata para nabi, para rasul, dan para wali yg ada disetiap zaman. penglihatan kita pada dunia akan benar, jika kita mengikuti langkah2 mereka.
Apabila kita telah mengikuti mereka, maka kita dapat melihat apa yg mereka lihat, dan mengikuti mereka dengan perbuatannya, baik dalam keadaan sunyi maupun ramai, ilmu dan pengamalannya, kita berpuasa sebagaimana mereka berpuasa, shalat seperti shalatnya mereka, mengambil sesuatu seperti mereka mengambilnya, meninggalkan sesuatu sebagaimana mereka meninggalkannya, dan mencintai mereka, dan saat itu lah Tuhan akan menampakkan cahayaNya.
Hal tersebut dijelaskan pada surah Annur ayat 35 bahwa segala sesuatu yg ada dibumi merupakan Cahaya dari Tuhan, Cahaya di atas Cahaya, Dia yg memberi Petunjuk kepada cahaya-Nya bagi orang yang Dia kehendaki.
Sampai saat kita menemukan Cahaya tersebut dan memahaminya maka kita dapat melihat diri sendiri dan akan nampak jelas cacat dan celah yg ada pada diri kasat ini. sehingga, kamu akan zuhud terhadap diri sendiri. apabila, hal ini terwujud, maka akan datang nurul qolbi, cahaya kedekatan dalam hatimu, maka akan menjadi org beriman, yakin dan makrifat seperti aoda surah Annur ayat 35. Kita akan menjadi org yg mengetahui, sehingga dapat melihat segala sesuatu dan maknanya, engkau akan memandang dunia seperti pandangan orang-orang terdahulu, dunia akan terlihat seperti orang tua renta yang buruk dan menjijikan, seperti itulah wajah dunia dari pandangan kasat mata
Apabila engkau telah zuhud terhadap dunia, maka zuhudlah terhadap pilihan, dan juga terhadap mahkluk, jangan lah takut terhadap mereka dan jangan takluk pada mereka, apa pun yg diperintahkan oleh nafsu, jangan dituruti. kecuali, telah datangnya perintah Allah, ikutilah bisikan nuranimu, baik yg datang melalui Ilham, atau melalui yg didengar dan tidak didengar oleh mahkluk yg lain. Apabila jazad mu yg mati jangan dirisaukan, tapi apabila hatimu yg mati, engkau harus memikirkannya sebab itu adalah bencana besar, engkau tidak akan merasakan ketenangan yg sebenarnya kecuali nafsu, watak, perasaaan dan segala sesuatu selain Tuhan mu telah keluar dari hati.
Apabila nafsu telah tunduk maka hati akan hidup, dan apabila Tuhan menghendaki, dia akan mengembalika diri ini pada mahluk dan menuntun mereka kembali kepada-Nya.
“Wallahu’alam”
)*Muh. Ilham Nur, Mahasiswa Pasca sarjana Universitas Negeri Makassar