Oleh : Ervyan Ramlan*
Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN), proses yang amat singkat namun banyak menentukan nasib anak bangsa. Riuh nan meriah menjadikan semangat, titik langkah bagi mereka yang berani bertarung menuai harapan diri dan kelurga yang ia tinggalkan.
Mereka diperhadapkan sehari dalam ruangan mungkin saja hampa tapi itulah pilihan dari penentu kebijakan. yakin saja mereka juga paham kondisi kalian. Berbeda bagi mereka yang masih tinggal, kuharapnya kalian masih menyimpan sisa-sisa semangat dengan menuangkan seluruh potensi bakat serta minat yang sudah lama kalian persiapkan.
Proses Itu terjadi karena pilihan, memilih jurusan yang punya segudang perestasi keterampilan, ujian keterampilan nama tes-nya. Tak terasa bagi saya dan spertinya berasa untuk kalian, hari ini menjadi akhir dari kisah penuntu nasib itu.
Anyaman kata diatas bukan menjadi inti tulisan. Sisi lain dari sepenggal cerita tahunan ini, lahir dari sosok Ibu “Sang Juara” nama yang kuberikan padanya, juara, bukan ia yang Finish-nya tercepat pada lari 1600 M, bukan ia yang lihai dengan lari sig-sag-nya, apa lagi bukan yang punya kordinasi mata dan tangan pada cabang tes lempar tengkap bola, tapi apa ?,
Ia yang rela bersama sepasang anaknya menerobos deras-nya hujan hanya untuk mencari berkah dari sisa-sisa botol minimun yang berserakan, setidaknya ia juga menggambarkan hidup sehat itu bukan saja karena olahraga tapi lebih kepada memaknai lingkugan sekitar kita.
*) Mahasiswa angkatan 2013 Pendidikan Kepelatihan FIK UNM









































