Oleh: Mr. Eleven
Indonesia menjadi negara kepulauan yang kaya dan memiliki keberagaman suku, bahasa, agama, dan budaya. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika menjadi sebuah tali yang mengikat keberagaman tersebut menjadi satu. Sikap toleransi menjadi hal penting yang tak hilang dari setiap rakyatnya. Pancasila sendiri menjadi simbol nyata dalam menjaga keutuhan NKRI.
Namun, keberagaman suku, bahasa, agama dan budaya menjadi kelemahan yang merambat dari sabang sampai merauke. Bentrok antar suku mungkin sudah sangat tak asing lagi di telinga setiap individu. Penistaan-penistaan agama bermunculan, Tergerusnya bahasa lokal yang diganti oleh bahasa yang katanya lebih kekinian. Sikap Toleransi yang dianggap kebablasan oleh beberapa kelompok radikal dan menyusunnya menjadi suatu gerakan yang dianggapnya gagasan dalam menghancurkan keutuhan NKRI, dalam hal ini Pancasila menjadi subjek utama.
Pancasila dianggap harga mati, lalu siapa sebenarnya Anda yang berani berucapkan kalimat itu ? Sila pertama “Ketuhanan yang maha esa” apa yang salah dengan kalimat ini ? Sila kedua sampai kelima pun sangat tegas dengan kemanusiaan, kesatuan, kebijaksanaan dan keadian. Entah lah, mungkin mereka terlalu cerdas seakan menyamai kecerdasan Tuhan.
Penanaman makna dari setiap sila pancasila menjadi pekerjaan rumah oleh yang bersangkutan. Kesuksesan pelaksanaan ideologi perlu diperhatikan. Pelaksanaan sila pertama menjadi langkah awal dalam mencapai kemanusiaan yang adil dan beradab, maupun sila selanjutnya. Pancasila tersusun secara sistematis. Jadi, ketika Sila pertama saja belum dilaksanakan jangan harap sila kedua sampai kelima akan terwujud.
Bhinneka Tunggal Ika, yang berartikan berbeda-beda tetapi tetap satu. Semboyan yang sudah mulai terancam eksistensinya. Dihantui oleh gerakan yang berwujud gagasan. Kelompok yang bergerak dan menyesatkan paham kelompok lain namun pahaman yang dianutnya bisa jadi sesat. Saling menyalahkan pendapat itu wajar kiranya, namun ketika bahasa menyesatkan muncul apakah masih dapat ditoleransi ?
Keberagaman sebenarnya sangat indah, namun ada saja yang memanfaatkannya dan membenturkan keberagaman tersebut dengan menyebar isu-isu yang dibalut dengan esensi terselubung oleh individu yang lumpuh jiwa nasionalisme-nya. Seakan-akan dunia untuknya hanya sebatas mengejar harta,tahta dan wanita.
Pancasila kiranya membutuhkan sosialisasi ulang dalam pemaknaan dan pelaksanaannya. Semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” perlu dibudayakan dan menjadi harga mutlak bagi rakyat Indonesia. Selamat menyambut Hari Kebangkitan Nasional.