Beranda Mimbar Ide Asratillah : Selamat Jalan Ayahanda Ishak, Selamat Jalan Guru Kami

Asratillah : Selamat Jalan Ayahanda Ishak, Selamat Jalan Guru Kami

0
Keterangan foto (dari kiri ke kanan) : Asratillah, (alm) Ishak Ngeljaratan dan Sulhan Yusuf

Bagi yang pernah bergelut dalam dunia wacana ataupun pergerakan di Kota Makassar, maka nama Ishak Ngeljaratan bukanlah nama yang asing. Termasuk saya, yang intens bergelut dengan dunia wacana/pemikiran di Makassar sedari tahun 2003.

Kita mungkin masih ingat, masa menjelang hingga pasca 1998, Indonesia dicabik-cabik oleh sejumlah konflik horizontal, ada yang menengarai bahwa instabilitas ekonomi dan politik adalah sebab utamanya. Walaupun langkah-langkah perbaikan ekonomi dan politik telah diambil untuk meredam konflik, tetapi ternyata itu tidaklah cukup. Ada semacam paket wacana “kecurigaan” hiperbolik nan laten dalam “batok kepala” kita yang memperbesar bara konflik saat itu. Mungkin salah satu sebabnya karena kita sedari awal tidak terampil untuk memahami dan bercakap-cakap dengan yang berbeda dengan agama, suku dan bahasa kita.

Di sinilah sumbangsih besar almarhum Ishak Ngeljaratan bagi saya, beliau tak lelah-lelahnya mewartakan pentingnya untuk memiliki “hati yang terbuka” terhadap yang berbeda. Tanpa mengenal siang ataupun malam, cuaca cerah ataupun hujan, beliau giat menghadiri forum-forum dari ormas agama apapun, pertemuan-pertemuan forum yang beragam latar belakang, beliau mewartakan indahnya perbedaan dan keniscayaan kemajemukan.

Dan yang paling berkesan bagi saya adalah kata-kata beliau, “Agamamu (Islam) melampaui toleransi, Islam adalah agama yang mengakseptansi perbedaan”. Begitulah menurut beliau, baginya para penganut agama yang berbeda tidak hanya saling bertoleransi, tapi harus saling merangkul bahkan saling mengayakan di dalam keunikan masing-masing (akseptansi).

Selamat Jalan Ayahanda Ishak, selamat jalan guru kami, damailah selalu dalam dekapan-Nya.

*) Penulis adalah Direktur Profetik Institute

Facebook Comments Box
ADVERTISEMENT