(Catatan Kritis Menjelang Purna PC IMM Kota Makassar)
Oleh : Aghil Adrian Aryananda
Di bawah langit Makassar, tempat gema idealisme mahasiswa pernah menggema dengan lantang, Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PC IMM) Kota Makassar sejatinya menjadi rumah akal dan moral. Ia diharapkan menjadi pelita yang menyala dari bara peradaban intelektual warisan panjang dari Tan Malaka, Mohammad Natsir, hingga Ahmad Syafii Maarif. Namun kini, pelita itu tampak meredup. Bukan karena terpaan angin zaman, melainkan karena tangan-tangan pewarisnya sendiri yang gemetar, kehilangan arah, dan mungkin juga kehilangan makna.
IMM sejak awal dikenal sebagai kawah candradimuka kader intelektual muda yang berpijak pada semangat humanisme profetik. Namun di tangan para pengurus hari ini, PC IMM Kota Makassar lebih sering tampak sebagai forum seremonial ketimbang ruang dialektika ide. Rapat-rapat berjalan tanpa arah strategis, dan kaderisasi kerap berhenti pada ritual tahunan tanpa ruh transformasi.
Peter Drucker, pakar manajemen modern, menyebut organisasi gagal ketika kehilangan tujuan, tak adaptif terhadap perubahan, dan dipimpin oleh figur tanpa visi. Tiga indikator itu kini terasa relevan untuk menakar kondisi IMM Kota Makassar.
Pertama, IMM tampak kehilangan arah tujuan. Didirikan untuk mencerdaskan bangsa dan memajukan umat, kegiatan IMM kini lebih banyak berkutat pada urusan seremonial, pelantikan, kunjungan, dan dokumentasi ketimbang membahas problem nyata mahasiswa dan masyarakat.
Kedua, IMM belum mampu beradaptasi dengan zaman. Ketika narasi perjuangan mahasiswa kini bertransformasi dalam kanal digital, IMM Kota Makassar masih terpaku pada cara lama yang tak lagi relevan. Kritik sosial berhenti pada selebaran dan teks pidato, tanpa menjelma menjadi gerakan nyata.
Ketiga, kepemimpinan yang lemah dan tidak visioner. Max Weber pernah menegaskan bahwa seorang pemimpin harus memiliki kharisma, legitimasi moral, dan rasionalitas tujuan. Namun, sebagian pemimpin hari ini tampak lebih senang dikenal lewat dokumentasi kegiatan daripada membangun kesadaran kolektif kader.
Kondisi ini mengingatkan pada analisis Antonio Gramsci bahwa krisis terjadi ketika yang lama belum mati dan yang baru belum bisa lahir. IMM Kota Makassar kini berada di persimpangan itu. Gagal melahirkan format baru gerakan yang kontekstual, namun enggan meninggalkan cara lama yang tak lagi hidup.
Sebagian kader masih menaruh harapan, tetapi harapan saja tak cukup tanpa kesediaan membaca zaman. Tanpa kehadiran intelektual organik yang mampu menjembatani teori dan realitas, IMM hanya akan menjadi museum pergerakan indah dipajang, tetapi mati dari dalam.
Kini, kritik bukan lagi pilihan, tetapi kewajiban moral. Sebab diam berarti mengkhianati semangat mereka yang dulu menggenggam IMM dengan bara perjuangan, bukan dengan hitung-hitungan politik kecil. IMM harus kembali menjadi rumah akal dan moral yang sejati membangun pergerakan yang hidup di tengah denyut masyarakat, bukan sekadar eksis di papan nama.
Untuk itu, PC IMM Kota Makassar perlu melakukan reorientasi dan revitalisasi gerakan. Meneguhkan kembali tujuan awal IMM, menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, membangun dialektika yang kritis dan konstruktif, serta memperkuat kepemimpinan yang visioner dan inklusif.
James MacGregor Burns dalam karyanya Leadership (1978) mengemukakan bahwa pemimpin transformasional adalah mereka yang mampu menginspirasi, memotivasi, dan menggerakkan pengikut menuju visi bersama. IMM membutuhkan tipe pemimpin seperti itu yang membangkitkan semangat kader, bukan sekadar menunggu momentum.
Menjelang masa purna, momentum ini menjadi ujian. Apakah praktik lama yang seremonial dan stagnan akan berulang, ataukah akan muncul pembaruan yang sejalan dengan cita-cita luhur IMM?
Akhirnya, calon pemimpin IMM harus memahami bahwa kepemimpinan bukan tentang dokumentasi dan upacara, melainkan tentang arah dan pengabdian. Kepemimpinan adalah amanah intelektual, moral, dan spiritual sebuah tanggung jawab untuk menyalakan kembali pelita yang mulai redup di tangan pewarisnya sendiri.









































