Oleh : Fahri Hamzah*
Survey semalam membuktikan Netizen rasional dan memiliki preferensi yang normal.
Dan saya senang karena preferensi saya dan Netizen dalam berbagai isu hampir sama 100%. Saya Netizen aspiratif.
Terlepas soal validitas teoritis tetapi secara spontan relasi saya dan Netizen cukup positif.
Hanya ada sedikit perbedaan dalam memandang isu korupsi.
Saya mengganggap korupsi lebih dikaitkan dengan sistem dan kerugian negara bukan moral individual.
Menurut saya tidak ada korupsi tanpa pelanggaran hukum dan kerugian negara.
Soal seseorang menerima uang silahkan saja selama negara tidak rugi dan sistem gam dirusak, itu soal etika pribadi.
Tapi jika negara rugi dan hukum dilanggar saya tidak peduli Anda terima uang atau tidak. Balikin uang negara!
Ada seorang gubernur memberikan pelayanan publik dengan baik. Mempermudah urusan orang. Negara untung.
Tiba-tiba setelah masalah selesai dia dikirimi hadiah dan ucapan terima kasih. Kalau dia terima itu urusan moral pribadi dia.
Tapi ada seorang gubernur membuat kebijakan menjual aset negara dan dihitung BPK negara rugi. Ini saya peduli.
Saya tidak peduli dia terima uang atau tidak tetapi karena negara rugi saya anggap ada unsur korupsi.
Apalagi ada indikasi suap dalam membuat kebijakan itu, maka peristiwa pidananya sempurna.
Kalau tidak ada suap pun saya tetap anggap adanya kerugian negara jauh lebih penting untuk dipertimbangkan.
Dalam kasus reklamasi di Jakarta jelas ada pelanggaran hukum bahkan protes publik yg merasa dirugikan.
Jangan lupa kerugian publik adalah bagian dari kerugian negara. Keselamatan publik adalah hukum tertinggi.
Saya tidak terima,
Jika gubernur yang menciptakan kerugian negara aman. Sementara yg menguntungkan negara dituduh korupsi.
Gratifikasi harus dibuktikan ada waktu 1 bulan. Kalau orang terima diam2 itu soal moral pribadi.
Kalau soal moral pribadi sulit diseragamkan dan jangan. Itu urusan Tuhan ada pengadilannya kelak.
Kepedulian kita adalah pada publik. Untung rugi publik dan uang negara itu ukurannya. Bukan moral pribadi.
Nah, OTT KPK itu mengintai moralitas pribadi. Tidak ada kerugian negara sama sekali. Inilah bohongnya.
Jadilah KPK ini seperti utusan malaikat ke muka bumi. Mengintip moral pribadi orang sehari-hari.
Kalau malaikat pengadilannya nanti di akhir zaman, KPK mengadili hari ini di pengadilan Tipikor.
Jadilah persidangan Tipikor sebagai pertunjukan moral dan dosa hari-hari soal suap dan selingkuh. Soal rahasia pribadi.
Ini semua bohong.
Ini semua fiksi.
Omong kosong.
Ini tipu-tipu.
Selamat terprovokasi.!
Merdeka!
*) Penulis adalah wakil ketua DPR RI









































