Beranda Kesehatan China, Politik Pembangunan, dan Coronavirus

China, Politik Pembangunan, dan Coronavirus

0
Warga Wuhan yang sembuh dari Covid-19 (sumber foto : liputan6.com)

Oleh : Hidayat Doe*

China adalah negara adidaya.

Kedigdayaannya bukan hanya dalam urusan ekonomi. Pembangunan ekonominya justru ditopang oleh kapasitas teknologi yang dimilikinya, khususunya teknologi digital.

Kemajuan China bukan serta merta jadi. Ada intervensi dan rekayasa pemerintah yang piawai mengendalikan proses pembangunan. Semua itu terangkum dalam politik pembangunan yang apik. Masih ingat dengan bapak reformasi China, Deng Xiaoping. Dialah peletak dasar pembangunan nasional China.

Salah satu ajaran Xiaoping yang menarik sekaligus membuat China melejit hari ini adalah “Saya tidak peduli kucing itu warna hitam atau putih yang penting bisa menangkap tikus.” Maksudnya, kebijakan China tidak melihat apa, siapa, dan bagaimana seseorang, yang penting dia bisa bekerja untuk membangun China. Inilah model politik pembangunan China yang pragmatis, taktis, dan strategis di masa reformasi China hingga memasuki abad ke-21 ini.

Sekalipun sistem politiknya adalah komunis, tetapi sistem ekonominya sangat terbuka dan modern seiring proses modernisasi yang dilancarkan China sejak era Deng Xiaoping. Hasilnya, perekonomian China mencatatkan rekor luar biasa. Selama tiga dekade berturut-turut, pertumbuhan ekonomi China rata-rata di atas 7 persen.

Hasil pembangunan itu bukan kaleng-kaleng. Sumber daya manusia dan kemampuan teknologinya melesat menyaingi negara-negara maju, termasuk AS. China telah menjadi salah satu kompetitor berat AS dalam dunia teknologi digital dan smartphone. Kemajuan teknologi digitalnya membuat AS kebarakan jenggot, sehingga harus menerapkan politik pengekangan bisnis (political containment) terhadap salah satu perusahaan terbesar China, Huawei.

Kisah Sukses China Melawan Covid-19

Di tengah mencuatnya serangan coronavirus terhadap warga China, pemerintah China berhasil mendayagunakan kemampuan teknologi untuk memutus mata rantai dan pergerakan virus di China. Melalui teknologi teknologi digital dan kecerdasan buatan yang dipunyai, China sukses menghentikan serangan infeksi Covid-19 kepada warganya selama beberapa minggu. Bahkan, pada Selasa lalu (4/04/2020), China mengklaim tidak ada satu pun warga yang dilaporkan tewas karena virus tersebut.

Keberhasilan China menghadapi wabah Covid-19 adalah kombinasi kapasitas teknologi dan sistem sosial politik yang diberlakukan di negeri tirau bambu tersebut. Sistem politik dengan model pengawasan dan pengaturan yang ketat membuat China mudah menerapkan lockdown yang ditopang dengan penggunaan teknologi digital dan kecerdasan buatan. Kombinasi kekuatan ini membuat negara-negara Eropa dan juga Amerika Serikat tersalip dalam urusan melawan virus mematikan tersebut.

Serangan Coronavirus ini nampaknya tengah menguji kedigdayaan China di mata dunia. Serangan wabah Covid-19 telah menempatkan China menjadi negara yang perkasa menghadapi sebuah krisis. Bandingkan dengan negara-negara di Eropa dan AS, mereka umumnya babak belur. Jumlah korban tewas akibat Covid-19 melampaui China, dimana virus itu pertama kali muncul.

Data terkini sungguh mengejutkan sekaligus menyedihkan, jumlah korban mati terbesar adalah AS dengan total 20.601 orang, berturut-turut Italia sebanyak 19.468 orang, Spanyol 16.606 orang, Prancis 13.832 orang, sedangkan China sendiri 3.339 orang.

Sementara itu, total yang terinfeksi Covid-19 di AS sebanyak 533.378 orang. Selanjutnya Spanyol 163.027 orang, Itali sebanyak 152.271 orang, Jerman 125.452, Prancis 93.790. Adapun China sendiri sebanyak 82.052.

Dari data itu menunjukkan, AS dan negara-negara maju di Eropa telah gagal memutus pergerakan dan mata rantai Viruscorona. Kemajuan teknologi semata yang dimiliki negara superpower rupanya tak cukup menghadapi serangan virus. Orang AS dan Eropa bisa saja bahagia dengan udara kebebasannya, namun mereka harus rela membayar mahal kebebasan itu dengan puluhan ribu manusia tewas karena serangan hewan renik itu.

Lalu, bagaimana dengan Indonesia sendiri saat ini? Apakah kita akan mengikuti jejak AS dan negara-negara Eropa yang warganya berguguran satu demi satu?

Terus terang saya agak ngeri membayangkan nasib bangsa ini. Hari demi hari korban terus berjatuhan. Per Ahad sore ini (12/04/2020), jumlah tewas sudah mencapai 373 orang, yang sembuh 359 orang, yang sedang dirawat 3.509. Total warga yang positif terpapar virus sebanyak 4.241. Jumlah ini terus meningkat. Saya masih mereka-reka, kapan kita bisa menghentikan serangan wabah Covid-19 tersebut? Apakah kita akan senasib dengan AS dan negara-negara Eropa sana?

Ya Allah, semoga saja tidak. Amin.

*) Penulis adalah pengurus Rumah Produktif Indonesia

Facebook Comments Box
ADVERTISEMENT