Beranda Literasi Puisi Para Laskar Tak Berguna

Para Laskar Tak Berguna

0
Muhammad Al-Amin Jurdi
Muhammad Al-Amin Jurdi

Karya: Muhammad Al-Amin Jurdi*

Setiap hari sibuk mencari legitimasi yang tak berguna. Hanya sekedar mendapat tahta kerajaan absolut sesaat. Slogan-slogan kerakyatan dijual murahan, dipasarkan welat kampanye pemilihan umum.

Alibi-alibi dan songlon-songlon kemakmuran, kesejahteraan, keadilan, kini mulai dirancang oleh para pemangku-pemangku jabatan tampa henti.

Proyek-proyek raksasa. Mulai mewarnai debu-debu dosa kotor yang bersilat lida dipingir jalan, mereka sibuk membanggun infastruktur pembangunan ekonomi yang tidak terhitung anggarannya.

Debu-debu itu mulai teriak dan lapar, demostrasi dikomandonkan oleh generasi ketika pra-reformasi, mereka meminta janji negara yang tak henti-hentinya dari zaman reformasi sampai hari ini.

Mereka tidak berhenti memprotes dan melakukan demonstrasi didepan istana negara. Karena keadilan dan hukum belum ditegakkan oleh  penguasa dan laskar-laskar yg menari diatas penderitaan demokrasi, dimarjinalkan tanpa henti oleh hantu oligarki penghisap darah yang tak berdosa.

Hukum malah kehilangan substansinya. Para generasi bangsa sangat ketakutan, seperti hantu bahlul disiang bolong memperkosa prinsip keadilan dan demokrasi, tapi rakyatlah yang akan menjadi sengsara. Akibat slogan-slogan janji palsu dan bisu, malah negara tepuk tangan, dimana keadilan, kemakmuran, kesejahteraan, apaka di negara ini sudah hilang dan mati suri?.

Penindasan-penindasan, diperkembangkan sedemikian rupa. Mereka tidak perduli dengan atas nama prinsip kemanusiaan dan HAM, dalam rumusan konstitusi negara. Semua itu tidak berarti bagi mereka yang berkuasa.

Mereka melampiaskan hawa nafsu setan, jin-jin, hantu, drakula-drakula, harimau-harimau, singa-singa  berhala-berhala, dan penguasa-penguasa, yang serakah dan rakus.

Kehadiran hukum malah menjadi hantu bagi demokrasi, masyarakat menjerit kesakitan, semua orang sama didepan hukum, itu hanyalah sebagai gincu penguasa, dituliskan diatas lembar kertas hanya berguna bagi penguasa bukan untuk rakyat.

Pesan UUD 1945, kini diperkosa oleh para penjajah tidak berprikemanusiaan, hukum dijadikan alat oleh para naga-naga pembesar kepala. Yang mengatur negara. Dengan cara-cara kolonial, yang merampas tanah rakyat. Layaknya seperti ular berbisa.

paradigma kerakyatan, keadilan, kemakmuran, kesejahteraan, kini disembeli dan dinodai oleh air hina tanpa pamrih, tidak ada kehidupan demokrasi yang mewarnai alam kerakyatan, semua disiram oleh paham kapitalistik busuk, keji, dan rakus, tanda-tanda bahaya kehancuran prinsip-prinsip demokrasi mulai diseragamkan didepan rakyat banyak. Perampok-perampok berdasi, mulai cari sensasi dibalik tirai besi busuk. Mereka menelan kembali tindakannya yang tidak demokratis.

Teori-teori sudah basi, lalu dibungkuskam dalam lembar kertas putih yang rapi, kasian rakyat meminta hak demokrasinya. Tapi kekuasaan sangat tuli dan bisu. Seakan-akan itu adalah  suara sampah yang tidak  berguna.

Rakyat sangat terpukul melihat keadilan dan hukum dikendalikan oleh manusia yg berhati serakah dan dengki, mulut mereka dibungkam oleh mata rantai besi panas hukum rimba tidak bermoral dan tidak beretika. Wahai para penguasa, dimanakah hati nurani kalian, lihatlah rakyatmu menderita kelaparan yg mematikan, maka benarlah teori yang mengatakan bahwa pemerintahan yg menindas itu, lebih kejam dan lebih ngeri dari pada seekor harimau.

*) Penulis adalah Sekretaris Umum IMM Komisariat KH. Djamaluddin Amien Cab. Makassar Timur

Facebook Comments Box
ADVERTISEMENT