Oleh : AM Iqbal Parewangi**
Hati adalah dapur sejarah. Di situ nawaitu juga motivasi setiap peristiwa diracik. Adonan beragam strategi hingga taktik kesejarahan, dengan atau tanpa bumbu penyedap rasa, bersumbu di situ. Pun aroma dan warna yang dikehendaki mensejarah, merebak dari situ. Di hati, dari hati.
Para putra sejarah memiliki gua hira diri yang luar biasa, bernama hati. Peradaban Qur’ani menjulang megah di bumi Ilahi, sebab risalah ditegakkan sepenuh hati. Monumen cinta Taj Mahal berdiri anggun di atas hamparan hati penuh rindu, misal lain. Negeri tercinta Indonesia merdeka atas berkat rahmat Allah lewat keteguhan hati para syuhada bersyahadatain, dengan bambu runcing bernafas “Allahu Akbar!”.
Sejarah berisi monumen juga ornamen, dimana hati adalah dapurnya. Agar ornamentasi tidak lebih mendominasi ketimbang monumentasi, agar racikan nawaitu hingga adonan taktiknya berorientasi rahmatan lil’alamin, juga agar sejarah itu merebakkan aroma wangi dan warna berpelangi, maka niscaya hati harus terus disucikan.
***
Mensucikan hati tidak mudah, tentu saja. Maka butuh ikhtiar serius nan tulus.
Lewat buku mungil Silaturrahim Tazkiyatunnafs nan padat kiat ini, Dr. Mudzakkir M. Arif, Lc, MA mengguratkan ikhtiar bernas untuk itu. Ikhtiar mensucikan hati dalam tiga dimensi : diawali terapi komprehensif “dengan” silaturrahim, lalu pencegahan “dari” sembilan hal negatif, kemudian dijeda penerapan “pada” aspek perjuangan politik Islam.
Dimensi pertama, “dengan” silaturrahim. Sebagai ulama cendekia bertekstur pemikiran solusi-komprehensif, penulis menggunakan pola terbalik dalam penyusunan 11 bagian bukunya ini. Menarik, rada-rada deduktif. Pembaca langsung disuguhi solusi utama, yaitu silaturrahim, yang disebutnya sebagai “sarana pensucian jiwa dan perbaikan akhlak.”
Menariknya lagi, penulis berkenan membagi rahasia silaturrahim efektif yang menjadi karakter pribadinya. Silaturrahim efektif itu, tulisnya, “membahagiakan dengan iman dan amal shaleh, memotivasi peningkatan iman dan amal shaleh, [serta] menambah kesucian hati, meningkatkan cinta imani secara signifikan.”
Dimensi kedua, “dari” blackhole kehidupan. Bukan cuma Semesta yang punya blackhole –lobang hitam yang tidak benar-benar hitam, tetapi memiliki daya memangsa yang luar biasa sehingga berkas-berkas cahaya pun tidak mampu lepas dari hisapannya. Kehidupan insani di Bumi pun tidak luput dari fenomena blackhole, lobang hitam-lobang hitam yang dapat memangsa cahaya kebenaran dan kebajikan insani kita. Sembilan diantaranya –termasuk rasa dendam, takabbur, sangkaan buruk, kemalasan– ditetak dalam buku ini, lengkap dengan kiat-kiat solutifnya masing-masing.
Dimensi ketiga, “pada” perjuangan politik Islam. Ada kesadaran berkeberanian sekaligus keberanian berkesadaran mulia, yang dapat menginspirasikan energi perjuangan baru dan terbarukan, dalam bagian ini. Betapapun, sudah terlalu lama ajaran sekularisasi versi Snouck Hurgronje dan kaumnya dirasukkan ke benak ummat Islam –antara lain mengajarkan agar ummat Muslim memisahkan urusan agama dengan dunia, bahwa ummat Muslim urus akhirat saja dan biarkan yang lain mengurus kekuasaan dan kekayaan.
Maka guratan pena penyadaran Dr. Mudzakkir M. Arif, Lc, MA tentang pentingnya perjuangan politik Islam, seperti dalam bagian ini, menjadi seruan sarat inspirasi. Dan dalam seruan berenergi perjuangan tersebut, saya menemukan pijakan resonansi untuk seruan yang kerap saya ungkapkan, “Saatnya penghuni Masjid menghuni Istana!”.
***
Buku mungil Silaturrahim Tazkiyatunnafs nan padat kiat ini hasil guratan pena kesadaran seorang ulama yang saya kenal bersifat lembut bersikap tegas, Dr. Mudzakkir M. Arif, Lc, MA –secara pribadi saya bangga dan bersyukur diizinkan menyebut beliau silessureng. Dengan segenap ikhtiar bernasnya untuk mensucikan “dapur sejarah” hati dalam tiga dimensi, termasuk ikhtiarnya menginspirasikan energi perjuangan bagi izzul Islama wal-muslimin, tidak lagi perlu dikatakan buku ini perlu dibaca. Karena tanpa itu, pun, buku ini memang perlu dan dibutuhkan!
(Serambi Madinah, 30 April 2018)
*) Tulisan ini adalah pengantar buku berjudul “Silaturrahim Tazkiyatunnafs” karya Dr. Mudzakkir M. Arif, Lc, MA
**) Penulis adalah Anggota DPD RI – MPR RI, Senator RI asal Sulawesi Selatan