Beranda Literasi Optimalisasi Lahan Pasca Tambang dengan Tanaman Rempah

Optimalisasi Lahan Pasca Tambang dengan Tanaman Rempah

0
Engki Fatiawan
Engki Fatiawan

Oleh: Engki Fatiawan*

Potensi pertambangan di Indonesia cukup tinggi dan tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Jika membuka geoportal kementerian ESDM dapat dilihat sebaran potensi pertambangan di Indonesia baik itu potensi pertambangan untuk mineral logam, mineral bukan logam, ataupun batubara. Potensi sumber daya alam ini tentunya tidak dibiarkan begitu saja sehingga membuat banyak pelaku usaha tertarik untuk mengelolanya.

Tingginya potensi sumber daya alam ini menjadi kelebihan bagi bangsa Indonesia. Negara dapat melihat potensi ekonomi yang besar dibaliknya. Selain digunakan untuk pendapatan negara, potensi ini juga dapat membuka lapangan pekerjaan dalam skala luas.

Akan tetapi, tambang-tambang yang ada di negara ini banyak ditolak oleh aktivis lingkungan. penolakan itu tidak berarti bahwa tambang tidak menguntungkan secara ekonomi bagi masyarakat sekitar. Namun, yang menjadi latar belakang ditolaknya tambang ini yaitu dampak lingkungan untuk area sekitar tambang serta kerap muncul konflik perebutan lahan antara masyarakat dengan perusahaan.

Dampak negatif dari proses pertambangan bagi lingkungan berupa degradasi lahan, meningkatnya pencemaran tanah dan air dengan limbah B3 dan dampak yang paling nyata dirasakan oleh masyarakat yaitu bencana banjir dan tanah longsor yang kerap melanda. Selain itu, pencemaran limbah pada sungai dan laut membuat nelayan di sekitar tambang mencari ikan lebih jauh dari biasanya. Pencemaran udara akibat proses pembakaran di smelter juga dapat menyebabkan penyakit pada saluran pernapasan bagi masyarakat yang menghirup udara di sekitar tambang.

Hal lain yang menjadi dampak dari pertambangan ialah dampak sosial dengan meningkatnya prostitusi di wilayah dekat area tambang. Tentunya ini menjadi permasalahan sosial karena melanggar norma dan aturan kepercayaan di masyarakat. Jika hal itu meningkat maka akan berdampak pada timbulnya penyakit menular seksual.

Dampak lingkungan itulah yang kemudian menjadi dasar penolakan bagi sebagian masyarakat dan aktivis lingkungan saat ini di Indonesia. Selain dampak lingkungan yang ditimbulkan dari industri ekstraktif perlu juga dipertanyakan sejauh mana keuntungan yang didapatkan dan seberapa berdampak bagi perkembangan ekonomi bangsa ini. Seberapa banyak rakyat yang diuntungkan dan seberapa sejahtera masyarakat Indonesia saat ini dengan kehadiran usaha yang memiliki dampak lingkungan yang besar itu. Nyatanya hari ini tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia masih terbilang rendah. Jika hal itu dapat membuka lapangan kerja, nyatanya tingkat pengangguran di Indonesia masih tinggi.

Namun, saat ini tidak serta merta untuk menghilangkan industri ekstraktif di negara ini. Berlimpahnya sumber daya alam perlu dikelola dan dipergunakan dengan sebaik-baiknya untuk kepentingan dan kemakmuran bersama. Makanya penting untuk memperhatikan semua kaidah dalam kajian lingkungan untuk meminimalisir dampak lingkungan yang akan diakibatkan oleh proses pertambangan serta pengawasan yang ketat dari kementerian dan dinas terkait dengan lingkungan hidup.

Dari sekian banyak lahan tambang yang di Indonesia baik yang legal ataupun yang ilegal pasti akan meninggalkan lahan bekas tambang. Lahan bekas tambang terkadang tidak digunakan dan dikelola dengan baik. Ada lahan yang dibiarkan begitu saja dan ada lahan yang direklamasi akan tetapi tidak digunakan dengan baik untuk menghasilkan produk yang bernilai ekonomi. Maka dari itu, penting untuk mengoptimalkan lahan bekas tambang tersebut sehingga dapat bernilai ekonomi untuk pendapatan bagi negara dan masyarakat.

Optimalisasi lahan pasca tambang tentunya memiliki tantangan tersendiri apalagi jika top soil atau tanah permukaan yang mengandung unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan oleh tumbuhan sudah tidak ada lagi. Sehingga dibutuhkan usaha yang ekstra baik dari segi modal ekonomi dan waktu yang begitu lama untuk memperbaiki kembali kesuburan tanah pada lahan tersebut. Akan tetapi, dengan hal itu dapat menghambat optimalisasi lahan bekas tambang. Dengan memperbaiki kualitas kesuburan tanah melalui pemberian bahan organik serta penanaman tanaman yang dapat mengikat nitorgen dalam tanah berupa tanaman dari famili legum tantangan ini bisa diatasi.

Jika kesuburan tanah sudah kembali pulih maka penting lahan pasca tambang ini dioptimalkan untuk mendapatkan potensi ekonomi. Salah satu solusi terbaik yang bisa didorong yaitu dengan pengembangan tanaman rempah-rempah. Tentu, dalam proses pengembangan tanaman ini harus dikaji mengenai kesesuaian lahannya. Tanaman rempah dipilih karena tanaman ini memiliki potensi ekonomi yang tidak kalah dengan industri ekstraktif. Yang membedakannya hanyalah pada waktu untuk mendapatkan hasil. Kalau industri ekstraktif tidak membutuhkan waktu lama untuk mendapatkan hasil. Lain halnya dengan produk pertanian yang bisa saja membutuhkan waktu bertahun-tahun baru bisa mendapatkan hasil karena tanaman adalah makhluk hidup yang membutuhkan waktu untuk tumbuh dan berkembang.

Potensi ekonomi yang baik dari tanaman rempah ini dilihat, kemudian didorong menjadi bagian dari industri untuk meningkatkan pendapatan bagi masyarakat dan negara. Jika melihat sejarah Indonesia, tanaman rempahlah yang menjadi salah satu membuat negara-negara lain menjajah Indonesia. Oleh karena itu, tanaman rempah perlu didorong kembali karena rempah merupakan ciri khas Indonesia dan dampak lingkungan dari pengembangan tanaman rempah tidak begitu besar seperti dampak lingkungan dari tambang. Bahkan tanaman rempah dapat menjadi solusi degradasi lingkungan dan solusi ekonomi.

*) Penulis adalah Mahasiswa Magister Pengelolaan Lingkungan Hidup Unhas

Facebook Comments Box
ADVERTISEMENT