Oleh : Andi Muzakkir Aqil, SH. MH
(Kepala Departemen Hukum dan HAM Partai Demokrat, Anggota Komisi III DPR RI)
Di panggung politik kontemporer, kemunculan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai tokoh sentral Partai Demokrat mencerminkan regenerasi kepemimpinan politik yang unik.
Saya sebut unik karena AHY membungkam mitos darah biru politik yang selama ini dipersepsikan sinis: bahwa keturunan bangsawan politik hanya sekadar pelanjut trah kekuasaan, atau sebatas pewaris nama besar, yang kosong dan kehilangan substansi kepemimpinan.
Tidak. AHY tidak dalam konteks kebanyakan pewaris. Sebaliknya, ia justru mengonstruksi legitimasi politiknya secara mandiri. Bahwa kemudian Partai demokrat menjadi pilihan politik, itu sesuatu yang wajar. Untuk apa mengurus partai lain bila di depan mata ada partai yang secara moral wajib ia perjuangkan?
Itu sebabnya gerilya politik AHH dalam Kongres V (15 Maret 2020) dan Kongres VI (24 Februari 2025) Partai Demokrat yang membawanya terpilih sebagai Ketua Umum harus dipandang dalam semangat semangat meritokrasi yang tinggi.
Hasil Berbicara
Hasilnya kita saksikan kini. AHY mewarnai dinamika politik nasional dengan kapasitas intelektual, disiplin militer, dan visi kebangsaan yang artikulatif. Mendalami sepak terjang politiknya, kiga akan dilertemukan kombinasi integritas personal, attitude, berikut performa komunikasi publik luar biasa.
Tak heran, Presiden Prabowo acapkali mempercayakan AHY tampil di pentas global. Pada 31 Agustus 2025 misalnya, Prabowo mengutus AHY melakukan kunjungan kerja ke China. Di lain saat, AHY juga ditugaskan menyambut dan melepas kepergian tamu negara.
Langkah Prabowo tidak keliru. Dari perspektif dinamika global yang sarat turbulensi, Indonesia memang membutuhkan membutuhkan figur alternatif yang tidak hanya piawai dalam dinamika politik nasional, tetapi juga fasih membaca percakapan antarbangsa. AHY memiliki keduanya.
Sebagai figur utama partai, AHY membawa Partai Demokrat sebagai partai yang paling disukai di Indonesia. Itu dibuktikan melalui temuan Survei Litbang Kompas Mei 2023. Survei ini mencatat 56,5 persen publik suka dengan partai berlambang mercy ini.
Toh begitu, harus diakui juga bahwa perolehan kursi Partai Demokrat di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengalami kontraksi dari 54 kursi pada Pemilihan Legislatif (Pileg) 2019 menjadi 44 pada Pileg 2024.
Hasil itu bisa dimaklumi karena kontestasi pileg dominan dipengaruhi aspek popularitas kandidat di daerah pemilihannya. Karena level kontestasinya lokal, maka ketokohan lokal memang lebih menentukan ketimbang nama besar partai. Apalagi sebelum Pileg 2024 Partai Demokrat baru saja diterpa badai kudeta.
Tapi dari badai tersebut, kualitas kepemimpinan AHY terlihat dari cara dia merespon turbulensi politik partai. Memori kolektif kita tentu masih masih menyimpan peristiwa ini. Peristiwa tentang intrik politik culas yang mencoba merebut Partai Demokrat melalui kongres tandingan dengan klaim penyelamatan partai. Kata pengamat, kudeta ini tidak murni problem internal partai.
Upaya kudeta itu tidak saja menjadi cobaan bagi ketahanan Partai Demokrat, tetapi juga ujian atas kepemimpinan AHY. Namun AHY menunjukkan keteguhan sikap yang jarang dimiliki pemimpin muda. Ia merespon rasional, bukan emosional. Ia memilih jalur hukum, selain lobi-lobi politik tingkat tinggi.
Hasilnya, Partai Demokrat tetap dalam kendali Ketua Umum. Ini membuktikan kemampuan AHY dan ketahanan Partai Demokrat menghadapi krisis. Kudeta yang berpotensi melumpuhkan justru menjadi momentum konsolidasi partai. Kader Demokrat semakin solid
Situasi itu kian memperkuat legitimasi kepemimpinan AHY. Berbasis moral, citranya melaju kencang dari waktu ke waktu. Ketika didapuk menjadi Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, ia menjadi menteri dengan citra positif tertinggi. Survei Litbang Kompas Januari 2025 mencatat, di antara deretan menteri Kabinet Merah Putih, citra positif AHY paling mentereng dengan perolehan dukungan 95,4 persen.
Evolusi Demokrat
Sedikit banyak, citra positif AHY berimbas positif pada evolusi Partai Demokrat. Sebuah evolusi yang menunjukkan keberhasilan regenerasi kepemimpinan, konsolidasi internal, dan dan upaya mengakselerasi pemberdayaan kader di daerah.
Melalui program pemberdayaan kader itu, AHY seolah ingin mengatakan bahwa kekuatan partai tidak terletak pada figur tunggal dirinya, melainkan pada kualitas dan jejaring di akar rumput. Itu sebabnya jauh hari AHY telah menginisiasi berdirinya Akademi Demokrat. Akademi ini dibentuk sebagai ujung tombak transformasi Partai Demokrat menjadi partai modern melalui pendidikan profesional dan merit sistem.
Artinya, Partai Demokrat di bawah kepemimpinan AHY menekankan kaderisasi sebagai program prioritas partai. Langkah ini sejalan dengan orientasi jangka panjang partai dan kehendak membangun kepemimpinan yang terdistribusi dan berlapis, tidak bergantung pada satu sosok tunggal.
Secara paralel, agenda kerakyatan partai tentu tetap berjalan. Salah satu fokus utamanya adalah ekonomi. Program Partai Demokrat mendorong kebijakan fiskal yang pro-rakyat kecil, seperti dukungan terhadap usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) melalui akses permodalan, digitalisasi, dan regulasi yang lebih sederhana.
Pada dimensi pendidikan dan kesehatan, Demokrat menegaskan pentingnya investasi sumber daya manusia. Agenda ini mencakup penguatan program beasiswa, perluasan akses pendidikan tinggi, serta jaminan layanan kesehatan yang berkualitas namun terjangkau.
Aspek lain yang menonjol adalah perlindungan sosial. Demokrat mendorong hadirnya jaring pengaman sosial yang kuat, baik melalui bantuan langsung tunai, subsidi kebutuhan pokok, maupun program-program pemberdayaan komunitas.
Pun dengan agenda lingkungan dan keberlanjutan. Demokrat memandang pentingnya kebijakan pembangunan yang ramah lingkungan, termasuk energi terbarukan, pengelolaan sampah modern, dan perlindungan hutan.
Komitmen kerakyatan Partai Demokrat pada akhirnya berimbas pada idealisme kader. Nilai-nilai keberpihakan pada masyarakat kecil, kesetaraan dan keadilan sosial pada akhirnya mengonstruksi kematangan cara pandang politik kader. Bahwa berlartai politik tidak sebatas perebutan kursi, melainkan sarana berbagi manfaat kepada masyarakat.
Saya sendiri merasakan dorongan itu. Dalam waktu dekat, insha Allah saya akan menginisiasi berdirinya Klinik Hukum Demokrat sebagai bentuk kongkrit pembelaan pada masyarakat yang acapkali tersisih dari akses keadilan.
Itu artinya kepemimpinan AHY telah menjadi suluh bagi perjuangan partai dan kader-kader Demokrat. Dengan kata lain, AHY juga suluh bagi Indonesia.









































