MataKita.co, Makassar – Jenewa Madani bekerjasama dengan Unicef dan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan Menggelar dialog interktif gizi dan pencegahan stunting bersama media di Hotel Grand Town, Kota Makassar (17/4/2025)
Kegiatan tersebut bertujuan Membangun kolaborasi strategis antara, pemerintah, media, mitra pembangunan, dan pemangku kepentingan lainnya dalam mendukung percepatan penurunan angka stunting secara berkelanjutan.
Selain itu juga Mendorong partisipasi aktif media dalam penyebarluasan informasi mengenai stunting. Serta ikut Menyelaraskan persepsi media mengenai isu gizi, khususnya yang berkaitan dengan stunting.
Direktur Jenewa Surahmansah Said menguraikan bahwa berdasarakan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023 menunjukkan bahwa 21,5% balita mengalami stunting dan Provinsi Sulawesi Selatan masuk 10 besar dengan persentase 27,4%.
Baginya faktor-faktor yang mempengaruhi masih tingginya angka stunting di Indonesia yaitu diantaranya kebijakan yang belum konvergen terhadap program pencegahan stunting, dan permasalahan perubahan perilaku baik di tingkat individu, tingkat masayarakat, dan tingkat layanan kesehatan. Penyelesaian masalah stunting memerlukan intervensi gizi yang terpadu, mencakup intervensi gizi spesifik dan sensitif.
Lebih lanjut, ia menjelaskan media memiliki peran strategis dalam teori dan penerapan komunikasi perubahan perilaku terutama dalam pendekatan kampanye publik. Informasi yang valid, akurat, dan mudah dipahami dapat mempengaruhi pemahaman, sikap, dan tindakan masyarakat dalam pencegahan stunting.
Dalam penguraian lain, Nike Frans, M.P.H yang mewakili pihak Unicef menyampaikan bahwa tiga beban gizi berupa kekurangan gizi (stunting), kelebihan berat badan (obesitas) dan kekurangan zat gizi mikro (anemia).
Olehnya melalui kegiatan ini, diharapkan jadi salah satu langkah kongkrit dalam mencegah stunting. Sebab Berdasarkan Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting tahun 2018, terdapat 5 pilar utama dalam percepatan penurunan stunting. Salah satu pilar yang masih menjadi perhatian penting terdapat pada pilar ke-2 terkait peningkatan komunikasi perubahan perilaku dan pemberdayaan masyarakat Kementerian Kesehatan RI menjabarkan bahwa pendekatan komunikasi perubahan perilaku untuk pencegahan stunting dilaksanakan dalam empat komponen, yaitu advokasi, kampanye, mobilisasi sosial, dan komunikasi antar pribadi.
Sehingga kegiatan ini, diharapkan membangun kolaborasi semua pihak dalam pencegahan stunting. Hal itu, diserukan oleh semua pembicara dalam kegiatan tersebut. Kemudian media juga diharapkan memberikan kontribusi dalam penyebaran informasi kepada masyarakat.