Beranda Fajlurrahman Jurdi Kewajiban Kaum Intelektual

Kewajiban Kaum Intelektual

0
Fajlurrahman Jurdi

Oleh : Fajlurrahman Jurdi*

Buku tua yang ditulis oleh Julien Benda, La Trahison Des Clers diterjemahkan menjadi “Pengkhianatan Kaum Intelektual”, oleh sebagian orang dituding sebagai pandangan yang tidak lagi relevan di zaman kini. Meskipun pada konteks tertentu, Benda sebenarnya hendak menjaga kaum intelektual untuk terus berbenah dan menjauh dari kekuasaan.

Menjauhkan kaum intelektual dari kekuasaan mungkin tidak begitu tepat, karena mereka akan menjadi bisu, berbicara dan berbisik pada dirinya, tanpa menyentuh hakikat negara, hakikat masyarakat dan hakikat kehidupan yang lebih material. Kaum intelektual tak boleh menjelma menjadi malaikat tanpa bisa disentuh, khutbah nya harus berpijak ke bumi, tidak di kaki langit apalagi di atas awan, ia melayang, tak dapat ditangkap maksud-maksud khutbahnya.

Tetapi juga mereka tidak boleh melebur menjadi dan mendukung kekuasaan tanpa reserve. Kaum intelektual, sejatinya harus mampu berdiri di antara tiang-tiang kehidupan, di antara ruang-ruang kenyataan dan ditengah-tengah tarikan pragmatisme yang kadang buas membeku bersama waktu.

Kaum intelektual tentu tak boleh berkhianat pada pengetahuan, tak dibenarkan memburu kekuasaan dan tak seharusnya mendukung dan berpihak pada kelompok tertentu. Mereka harus menjadi sandaran bagi segala kepentingan, tempat mencari suaka kebenaran, bagi mereka yang tersisihkan. Kaum intelektual harus berdiri sebagai manusia merdeka, tak punya beban kepentingan, kecuali ia selalu bersahabat dengan semesta untuk kebebasan, kemanusiaan, kebudayaan dan peradaban.

Kaum intelektual harus menjadi penengah diantara semak belukar kepentingan yang saling tabrakan. Dengan pengetahuan dan kearifannya, kaum intelektual menjadi penjaga utama kelangsungan demokrasi dan peradaban, karena merekalah yang mentransformasi nilai-nilai universal, bukan untuk memenuhi hasrat individu dan kelompok, tapi untuk memastikan bahwa kemanusiaan dan kebebasan terus terpelihara.

Kaum intelektual memiliki kemandirian sikap dan pilihan, ia tak bisa dipengaruhi oleh kepentingan sesaat dan jangka pendek. Sikap materialistis dan perilaku dukungan tanpa syarat pada kekuasaan, sebenarnya bukan sikap kaum intelektual. Meskipun dalam konteks tertentu, sebagian orang membenarkan nya.

Senjakala zaman, perputaran waktu, hingar- bingar dan suara bising knalpot kekuasaan dan gerbong demokrasi yang memekakkan gendang telinga, seharusnya menjadi arena enganged bagi kaum intelektual. Mereka harus terus merawat solidaritas, kebersamaan dan nilai-nilai agung dari suatu bangsa.

Kebebasan, kemanusiaan, kebangsaan, kebudayaan dan peradaban, adalah nilai-nilai yang harus dirawat bersama oleh kaum intelektual, bukan malah “membakar”nya demi pemenuhan kepentingan pribadi dan kelompok.

Jakarta, 31 Maret 2017.

*) Penulis adalah dosen Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin

Facebook Comments