Beranda Kampus Islam Datang dalam Keadaan Asing dan Akan Kembali Asing

Islam Datang dalam Keadaan Asing dan Akan Kembali Asing

0

Oleh : Karima Abidatul Latifah*

Awal masuknya Islam di Makkah dan di Madinah belum banyak yang tahu tentang agama yang dibawakan oleh Nabi kita, yang mengamalkan ajaran Islam pun hanya segelintir orang-orang terpilih. Tidak jarang dakwah Rasulullah menuai kontra dan mendapatkan penghinaan. Hingga pada akhirnya islam mulai tersebar dan dikenal di seluruh penjuru dunia dan menduduki agama yang paling banyak dianut. Di Beberapa negara, Islam menjadi agama mayoritas. Kita patut bersyukur atas jayanya Islam. Akan tetapi kemudian, Islam Akan Kembali Asing.

Di akhir zaman, Islam akan kembali asing sebagaimana awal Islam muncul. Orang-orang beriman yang mengamalkan ajaran Islam semakin sedikit, padahal pemeluknya sangat banyak dan orang-orang yang mengamalkan ajaran Islam dengan kaffah pun ikut menjadi asing. Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ

ADVERTISEMENT

“Maka beruntunglah bagi orang-orang yang asing” (HR. Muslim).

Dalam riwayat yang lain Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam ditanya “Wahai Rasulullah siapa yang asing itu (al-Ghuraba)?” Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: ”Yaitu orang-orang yang mengadakan perbaikan di tengah manusia yang berbuat kerusakan”.

Dan dalam lafadz yang lain, ”Mereka adalah orang-orang yang memperbaiki sunnahku yang dirusak manusia.”

Tadabbur dari hadits-hadits di atas, seyogyanya bagi kita yang sudah menemui tanda-tanda akhir zaman ini perlu lebih banyak bersabar dan menguatkan iman. Orang-orang yang mencapai masa akhir zaman harus berjuang lebih keras seperti orang-orang terdahulu karena keterasingan yang terjadi.

Kenapa Islam menjadi asing kembali?

Karena, tidak ada lagi orang yang menyampaikan nasehat dan peringatan sebab nasehatnya tidak lagi di dengar, mereka mengeluh lelah sebab dakwahnya sia-sia. Majelis ilmu menjadi sepi dan para panutan-panutan agama tidak lagi memiliki muru’ah (wibawa/kehormatan). ‘Izzah (harga diri) dakwah pun runtuh. Di akhir zaman itu para manusia lebih mementingkan gaya hidup, cinta dunia dan wabah bencana mulai bermunculan. Tempat-tempat majelis ilmu berubah, tidak lagi membawa ketakwaan melainkan hanya sebagai tempat berkumpul dan senda gurau. Orang-orang berlomba membangun masjid, tapi yang beribadah di dalamnya tidak ada, hanya segelintir tubuh renta yang mengisi shaf. Semakin hari semakin sedikit yang menghadiri majelis ilmu karena benar-benar membutuhkan sebuah ilmu. Selebihnya menghadiri majelis ilmu untuk tujuan yang lain.

Apakah zaman itu sudah terjadi sekarang? Semoga saja belum. Namun, jika kita amati seksama, mungkin kita akan berpikir bahwa sekarang memang sudah akhir zaman, karena Rasulullah adalah nabi terakhir, Nabi akhir zaman. Kita patutlah bersyukur kalau masih menerima nasehat dan hati kita masih terbuka dengan nasehat. Kita harus selalu siap menghadapi masa itu. Kalaulah memang kita akan merasakan berada di akhir zaman itu, kita harus siap menjadi sebagian kecil umat yang mempertahankan ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah, memperkuat iman kita. Salah satu contoh upaya nyata di lingkungan kita kita untuk menguatkan iman calon generasi Islam yakni dengan adanya program wajib berasrama di kampus Universitas Muhammadiyah Gorontalo. Dimana para mahasiswa dibimbing mengamalkan syariat untuk mengokohkan iman dan siap menghadapi tantangan dakwah Islam di masa mendatang.

Islam sudah semakin renta, kita harus lebih memperhatikannya mulai detik ini. Diriwayatkan dari ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu bahwa beliau menyebutkan sejumlah fitnah yg akan terjadi di akhir zaman. Kemudian Umar bin Khattab radhiyallahu anhu berkata kepadanya, “Kapankah itu terjadi, wahai ‘Ali?”

‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu menjawab:

“Fitnah-fitnah tersebut terjadi jika fiqih dikaji sungguh-sungguh bukan karena agama, ilmu agama dipelajari bukan untuk diamalkan, serta kehidupan dunia dicari bukan untuk kepentingan akhirat.” (Riwayat Al-Hakim).

Coba kita renungkan sebentar saja ucapan menantu Rasulullah itu. Fitnah akan semakin merebak, kajian-kajian, amal ibadah lambat laun dilakukan bukan karena Allah, tapi untuk mengejar dunia, mencari pengakuan dari manusia. Misalkan ada orang rajin melakukan sholat dhuha, tapi bukan karena mengejar pahala/kedekatan dgn Allah melainkan sekedar mengejar dunia, supaya urusan dunia dimudahkan, dia lalai dengan ibadahnya yang wajib sebab terlalu menggebu-gebu mengejar dunia.

Masa itu akan datang, semoga kita semua senantiasa dalam rahmat dan hidayah Allah. Pegang dengan kuat tuntunan hidup kita, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah. In Syaa Allah kita akan selamat jika tatanan hidup kita dilandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Dunia ini diciptakan memang untuk kita mencari bekal ke akhirat, dan dalam masa pencarian itu ada suka dan dukanya. Ada kenikmatan dan juga ujian untuk melihat siapa yang benar-benar taat kepada Allah, sebagaimana firman Allah “Supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.” (Qs. Al-Mulk: 2).

Kita boleh berbangga diri mengaku islam, mengaku umat Nabi Muhammad manusia paling mulia yang amat mencintai oleh Allah dan umatnya, mengaku ahlussunnah wal jamaah. Tapi sudahkan amalan dan perilaku/akhlak kita mencerminkan diri seorang mukmin yang taat kepada Allah dan Rasulnya seperti para salafus shalih? Sudahkan tatanan hidup kita sesuai dengan landasan Islam?

Kita semua hanyalah manusia lemah yang tak luput dari kesalahan, maka bermuhasabah dirilah dan perbaiki diri kita sebelum terlambat. Agama kita semakin renta dan tersudutkan oleh berbagai konspirasi di luar sana. Sebagai generasi penerus perjuangan dakwah Islam, kita wajib membentengi diri serta menyiapkan diri untuk mencetak generasi islam yang siap berperang melawan kemungkaran.

Kemudian, jangan bosan atau takut untuk saling menasehati. Sebab jika nasehat-nasehat sudah tidak terdengar lagi, maka itu menjadi salah satu tanda akhir zaman.

Sebagian orang mungkin pernah mendengar sebuah hadits dari Abu Hurairah, bahwa Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

بَدَأَ الإِسْلاَمُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ

“Islam muncul dalam keadaan asing dan akan kembali dalam keadaan asing, maka beruntunglah orang-orang yang asing” (HR. Muslim no. 145).

Karenanya jangan takut menjadi bagian dari yang sedikit namun beriman, sebab ada keutamaan di dalamnya.

*) Penulis adalah mahasiswa Sastra Arab Universitas Muhammadiyah Gorontalo (UMGO)

Facebook Comments Box
ADVERTISEMENT