Oleh : Dr. Sulfan, S.Fil.I.,M.Ag
Nusantara telah menjadi bagian penting dalam menumbuhkan dan memelihara kearifan. Tidak banyak negeri seperti itu, tradisi dan budaya terjaga serta lestari bahkan saling menjaga dengan nilai-nilai keagamaan. Hindu-Budha bahkan Islam dengan cepat bersenyawa dengan kearifan-kearifan Nusantara.
Kebudayaan Nusantara sejatinya hasil pertemuan dengan berbagai tradisi baik dari Asia maupun dari Eropa. Kearifan itu terjaga dengan baik hingga kini, tidak heran apabila studi tentang kebudayaan Indonesia begitu diminati. Bangsa Indonesia patut berbangga sekaligus harus lebih apresiatif terhadap
budaya sendiri.
Salah satu kearifan dan falsafah yang menarik itu di Buton seperti falsafah binci-binci kuli, pomae-maeka, pomaa-maasiaka, popia-piara dan poangka-angkataka. Falsafah itu, mengajarkan tentang penghargaan, rasa kasih sayang dan penghormatan kepada manusia. Etika dan moral menjadi penanda sebagai manusia yang lebih otentik, tidak akan memberi ruang merendahkan harkat dan martabat manusia.
Buton memiliki kebesaran di masa lalu, tentu untuk sampai kepada kejayaan membutuhkan pegangan sebagai dasar. Karena itu, bangsa yang besar adalah bangsa yang memiliki budi dan bahasa yang tinggi. Buton memiliki itu, dengan kejayaan sebagai satu kesultanan yang diakui oleh negeri-negeri berdaulat di masanya. Untuk membuktikan itu, bisa di lihat dari peninggalan berupa bangunan fisik (istana di masa lalu) hingga jejak kearifan yang masih terpelihara.
Dasar kearifan yang dimiliki oleh Buton yang memungkinkan bagi kemajuannya di masa lalu. Pemahaman akan nilai-nilai agama dan budaya yang telah menjadi satu bagian. Telah mendorong negeri Buton secara kreatif mengkombinasikan nilai-nilai Islam dan budaya Buton. Sikap yang terbuka terhadap nilai-nilai Islam, membuat Buton mampu melahirkan nilai-nilai yang lebih komprehensif. Hal itu, bisa di lihat dalam nilai-nilai Kesultanan Buton yang telah mengadopsi ajaran-ajaran tasawuf.
Sejarah juga mencatat Kesultanan Buton begitu menghargai konstitusinya, membuat seorang sultan/raja yang melanggar diturunkan dari tahtanya. Hal itu, membuktikan bahwa Buton begitu konsisten terhadap nilai-nilai yang telah dianut, dalam menjalankan roda pemerintahan dalam kesultanan.
Kearifan dan falsafah itu masih terjaga di negeri Buton yang dirawat serta diajarkan dari generasi ke generasi. Kita harus belajar dan mengambil pelajaran dari Kesultanan Buton yang telah berdiri di atas konstitusi. Menghargai nilai-nilai juga menjadi cerminan dari manusia berbudaya dan negeri Buton kaya akan nilai-nilai. Semoga kita semua bisa belajar dari negeri Buton.
*) Penulis adalah Dosen STAI Alfurqan Makassar, UIN Alauddin Makassar dan UNIMERZ