Matakita.co, Gorontalo – Seleksi Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Gorontalo tengah menuai sorotan tajam setelah munculnya dugaan adanya kandidat yang memiliki keterkaitan dengan organisasi terlarang Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Sorotan ini awalnya mencuat lewat opini pengamat Makmun Rasyid yang menilai proses seleksi mengalami “distorsi nalar dan kompromi ideologis”.
Menanggapi hal tersebut, pengamat Intelijen Provinsi Gorontalo Saharuddin Dahlan menyampaikan peringatan keras.
“Jika benar salah satu calon memiliki rekam jejak keterkaitan dengan organisasi seperti HTI, maka seleksi ini harus segera dievaluasi. Ini bukan sekadar isu administratif, ini potensi ancaman terhadap ideologi negara,” tegas Saharuddin kepada media matakita, Sabtu (10/5).
Saharuddin menekankan bahwa lembaga pemerintahan tidak boleh menjadi tempat kompromi terhadap individu-individu yang pernah atau masih memiliki kedekatan ideologis dengan kelompok anti-Pancasila.
“HTI dibubarkan bukan tanpa alasan. Mereka ingin mengganti sistem negara. Maka, siapa pun yang pernah terlibat harus diperiksa secara menyeluruh. Loyalitas terhadap NKRI tidak cukup dengan surat pernyataan. Itu harus dibuktikan secara historis dan ideologis,” lanjutnya.
Sebelumnya, Makmun Rasyid dalam artikel opininya menyebut bahwa masuknya kandidat berlatar belakang HTI merupakan bentuk kelalaian ideologis yang dapat mencederai semangat konstitusionalisme. Ia menyebut hal ini sebagai preseden berbahaya bagi birokrasi negara.
Saharuddin pun mengingatkan bahwa institusi seperti Badan Intelijen Negara (BIN) dan Kementerian Dalam Negeri harus turun tangan.
“Seleksi pejabat strategis seperti Sekda harus melibatkan penilaian Intelijen, bukan hanya administratif. Ini bukan sekadar jabatan, ini tentang stabilitas ideologi bangsa,” ujarnya.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada klarifikasi resmi dari pihak panitia seleksi maupun Pemerintah Kabupaten Gorontalo terkait isu ini. Namun, desakan dari berbagai elemen masyarakat agar seleksi dievaluasi secara menyeluruh dan transparan terus menguat.***