Beranda Mimbar Ide Inflasi Argentina Meningkat Tajam

Inflasi Argentina Meningkat Tajam

0

Oleh : Andhika Wahyudiono*

Argentina menghadapi tantangan serius dalam hal inflasi yang meningkat pesat, dengan tingkat inflasi mencapai 12,4 persen pada bulan Agustus 2023. Ini adalah peningkatan inflasi bulanan tertinggi dalam lebih dari tiga dekade di negara tersebut, dan kondisi ekonomi Argentina yang sudah lama menderita semakin terperosok oleh masalah inflasi yang kronis ini. 

Badan Statistik Argentina, atau Indec, merilis laporan yang menunjukkan bahwa harga-harga barang telah melonjak sebanyak 124 persen selama 12 bulan terakhir. Dampak dari inflasi yang tinggi ini sangat dirasakan oleh masyarakat Argentina, dengan banyak di antara mereka merasa kesulitan untuk mengatasi kenaikan harga-harga tersebut.

Seorang guru bernama Karina Sablich mengungkapkan perasaannya, “Tidak ada apa-apa, tidak ada uang untuk ditabung. Kami hidup sehari-hari.” Ini mencerminkan betapa sulitnya kehidupan sehari-hari bagi banyak warga Argentina yang harus berjuang menghadapi kenaikan harga-harga yang terus meningkat.

Menteri Ekonomi Argentina, Sergio Massa, yang juga merupakan calon presiden dalam pemilihan umum mendatang, menggambarkan Agustus sebagai salah satu bulan terburuk dalam 30 tahun terakhir bagi perekonomian Argentina. Ia bahkan menyalahkan Dana Moneter Internasional (IMF) atas kondisi ekonomi yang sulit ini.

Salah satu faktor yang telah memicu peningkatan inflasi adalah devaluasi peso Argentina sebesar 21 persen pada bulan Agustus. Langkah ini merupakan bagian dari kesepakatan dengan IMF untuk membuka sebagian dari paket pinjaman senilai USD44 miliar. Devaluasi peso telah memberikan dampak signifikan terhadap daya beli masyarakat dan telah memperparah masalah inflasi.

Terakhir kali Argentina mengalami inflasi bulanan dengan angka dua digit adalah pada April 2002, ketika tingkat inflasi mencapai 10,4 persen. Sebelumnya, tingkat inflasi bulanan tertinggi yang pernah tercatat mencapai 27 persen pada Februari 1991. Kenaikan harga pangan dan minuman non-alkohol menjadi salah satu penyumbang inflasi tertinggi pada bulan Agustus, mencapai 15,6 persen.

Ekonom Victor Beker dari Universitas Belgrano mengatakan bahwa meskipun diperlukan rencana antiinflasi, kemungkinan besar hal itu tidak akan terjadi hingga pemerintahan baru mengambil alih pada bulan Desember. Situasi inflasi yang parah ini telah menciptakan ketidakpastian yang luar biasa bagi masyarakat Argentina, yang tidak tahu bagaimana negara ini akan keluar dari krisis ekonomi ini.

Argentina sebenarnya bukan hal yang baru dalam menghadapi masalah inflasi. Negara ini pernah mengalami beberapa periode hiperinflasi pada akhir tahun 80-an dan awal 90-an, dengan tingkat inflasi yang mencapai hingga 3.000 persen. Untuk mengatasi krisis tersebut, pemerintah Argentina pada akhirnya mematok nilai peso terhadap dolar AS. Namun, situasi ekonomi yang memburuk membuat kebijakan tersebut tidak dapat dipertahankan pada tahun 2001, yang kemudian berujung pada kejatuhan nilai peso dan kerusuhan sosial yang parah.

Argentina juga pernah mengalami gagal bayar atas utang luar negerinya beberapa hari setelah devaluasi peso pada tahun 2001. Kejadian ini semakin memperparah krisis ekonomi dan sosial di negara tersebut. Sejak itu, Argentina terus berjuang menghadapi masalah inflasi, devaluasi mata uang, dan restrukturisasi utang yang kompleks.

Masyarakat Argentina saat ini menghadapi ketidakpastian yang luar biasa dalam pemilihan presiden yang akan datang pada bulan Oktober. Anggota parlemen Buenos Aires, Javier Milei, yang berjanji untuk melakukan reformasi ekonomi yang drastis, telah memperoleh dukungan yang signifikan dalam pemilihan pendahuluan gabungan antara semua partai. Saingan utamanya adalah mantan Menteri Keamanan Patricia Bullrich dari sayap kanan dan Menteri Ekonomi Massa dari koalisi kiri-tengah yang berkuasa. Mereka semua bersaing untuk mendapatkan dukungan publik dalam mengatasi masalah inflasi yang semakin parah.

Massa, yang berusaha meredakan tekanan ekonomi yang dirasakan oleh warga, telah mengumumkan kenaikan pendapatan bulanan minimum kena pajak menjadi 1,7 juta peso. Hal ini merupakan kenaikan dua kali lipat dari sebelumnya. Meskipun langkah ini akan mengurangi jumlah orang yang harus membayar pajak penghasilan, masalah inflasi yang makin parah masih menjadi tantangan besar bagi Argentina.

Di tengah situasi yang sulit seperti ini, penduduk Argentina terus mengalami tantangan besar dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi yang melanda negara mereka. Mereka dengan penuh harap menantikan pemilihan presiden yang akan datang dengan harapan besar bahwa perubahan positif akan terjadi dan dapat membantu negara ini bangkit dari krisis ekonomi yang telah berkepanjangan selama bertahun-tahun.

Ketidakpastian ekonomi yang tinggi, kenaikan harga-harga yang tak terkendali, serta penurunan daya beli masyarakat telah menjadi beban berat bagi rakyat Argentina. Dalam kondisi seperti ini, pemilihan presiden menjadi momen penting dalam menentukan arah kebijakan ekonomi yang akan diambil oleh pemerintahan selanjutnya.

Warga Argentina berharap bahwa pemimpin yang akan terpilih nantinya akan memiliki kemampuan dan visi yang kuat untuk mengatasi tantangan ekonomi yang ada. Mereka ingin melihat tindakan konkret yang mampu mengendalikan inflasi, menjaga stabilitas mata uang, serta memberikan perlindungan terhadap daya beli rakyat.

Selain itu, masyarakat juga berharap bahwa pemilihan presiden akan membawa perubahan dalam hal kebijakan ekonomi yang lebih berpihak kepada rakyat. Kesejahteraan dan keseimbangan sosial ekonomi menjadi hal yang sangat penting dalam memastikan bahwa semua lapisan masyarakat dapat merasakan manfaat dari pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Dengan berbagai harapan tersebut, pemilihan presiden di Argentina bukan hanya sekadar pemilihan kepemimpinan, tetapi juga merupakan langkah awal dalam upaya pemulihan ekonomi negara tersebut. Rakyat Argentina berharap bahwa pemilihan presiden mendatang akan membawa perubahan yang positif dan menjadi titik balik dalam mengakhiri krisis ekonomi yang telah berkepanjangan.

*) Dosen UNTAG Banyuwangi

Facebook Comments
ADVERTISEMENT