MataKita.co, Makassar – Berorganisasi merupakan proses pembelajaran apalagi di kalangan mahasiswa, dalam organisasi memiliki struktur kepemimpinann dan setiap periode di adakan pergantian ketua begitulah organisasi pada umumnya, yang di laksanaka melalui musyawarah dan melibatkan seluruh warga dari internal organisasi itu, yang mencerminkan nilai nilai lembaga dan kaidah kaidah dalam berorganiasi yang di jewantahkan dalam wujud musyawarah.
Beda halnya yang terjadi Ikatan Mahasiswa Pelajar Soppeng (IMPS) yang berdiri sejak beberapa tahun yang lalu, sempat mengalami kekosongan pemimpin dari tahun 2017. Pada saat itu ketua terakhir dari delegasi UNM dan mengalami kevakuman. diawal tahun ini di adakanlah kongres istimewa dan semua delegasi sepakat atas diadakannya kongres istimewa tersebut tetapi jumlah kepesertaan tentu dibatasi karena dintengah pandemi covid-19 .
Sempat mengalami vakum hingga beberapa tahun, pada tanggal 22 Maret 9 delegasi menolak hasil hasil kongres. Beberapa hal yang menjadi alasan penolakan karena tidak mencerminkan kaidah kaidah berlembaga dan melahirkan ketua yang di anggap akan buruk untuk IMPS kedepannya, surat yang di layangakn tidak di indahkan, hal ini sangatlah tidak sesuai dan tidak fair dalam menyikapi tindakan tindakan dari beberapa delegasi IMPS, ini justru asyik membuka jalur pertemuan kepada para legislator tetapi mengesampingkan memperbaiki internal d tubuh imps itu sendiri “silatuhrahmi menindak lanjuti ketidak sepahaman antara semua delegasi yang menimbulkan perpecahan dan menjauhkan jarak silatuhrahmi antara beberapa delegasi.
Beberapa delegasi mengagap cacat PP IPMS saat ini, dan wacana pelantikan itu di anggap tidak mampu memperkuat simpul simpul dalam lembaga tertinggi mahasiswa Soppeng, konflik yang masi terjadi di tubuh IMPS itu tidaak terselesaikan dan siapa yang akan d lantik?
Yusran Darmansa salah satu mahasiswa soppeng yang kuliah di Universitas Hasanuddin (Unhas) sekaligus Demisioner Ketua IMPS Koperti UNHAS kepada Matakita.co (25/5/2021) sangat menyayangkan arah PP IMPS saat ini.
“Saya sebenarnya sangat sedih melihat kondisi internal PP IMPS, akibat dari adanya ketua terpilih dari kongres istimewa kemarin muncul perpecahan. Diantara Delegasi yang mana ada menolak hasil hasil kongres karena tidak sesuai dengan kaidah kaidah berorganisasi yang dianggap inkonstitusional. Kongres ini hanya di hadiri oleh beberapa delegasi, bagian utama dalam IMPS yaitu menegakkan asas kekeluargaan yang menjadi acuan kepada seluruh mahasiswa Soppeng untuk tetap menjalin silatuhrahmi. Namun kita liat saat ini justru silatuhrahmi itu agak renggang dan bisa saja kedepannya muncul kubu kubu baru d tubuh imps akibat dari tidak tersalurkannya aspirasi dari setiap delegasi” jelasnya.
Yursan menambahkan, salah satu poin yang paling mendukung untuk ditolak karena kongres dilaksanakan sangat terburu – buru dan terkesan dipaksakan. Sehingga meskipun mekanisme kongres menyatakan konstitusional, akan tetapi tidak akan mencapai unsur kemanfaatan.
“Kami mengangggap sebagian besar delegasi secara umum dan delegasi yang merupakan penggagas kongres secara khusus tidak merasa terwakilkan hak suara dan hak demokrasi dalam penetapan ketua dan MPO PP IMPS.Sehingga tujuan diadakan kongres untuk bangkit dari kevakuman jauh dari kata tepat sasaran, bahkan berimplikasi pada dualisme organisasi apabila dipaksakan” jelasnya.