Beranda Mimbar Ide Aksi Pandawara : Riak dari Pinggiran Kota

Aksi Pandawara : Riak dari Pinggiran Kota

0

Oleh : Ian Hidayat*

Pandawara Grub, sekelompok anak muda yg giat membersihkan sampah di sungai atau pun di pesisir. Hari ini, mereka datang ke Tallo. Sebuah Kecamatan di ujung timur Kota Makassar. Kedatangan mereka pun disambut meriah oleh warga, khususnya warga Kecamatan Tallo sendiri. Popularits Pandawara Grub menarik perhatian publik yang cukup tinggi ke area tersebut. Berbondong bondong warga Makassar datang ke Tallo melihat aksi yang ramai dibicarakan tersebut.

Masyarakat Tallo sebagian besar berprofesi sebagai nelayan. Letak geografis Tallo yang berada di ujung timur Kota Makassar, berada tepat di Selat Makassar menjadikan masyarakat Tallo akrab dengan laut.

Sebagian masyarakat Tallo hidup sebagai nelayan tradisional, mereka melaut dari peairan Tallo sampai pesisir Biringkanaya. Sebagian mereka mendirikan rumah di atas laut, dekat bibir pantai. Mereka hidup berkelompok di atas perumahan kecil yg dibangun menggunakan bahan dasar kayu dan bambu.

Beberapa pekan lalu, jauh sebelum kedatangan Pandawara Grup. Saya dan beberapa kawan datang ke Pantai Marbo, salah satu area perkampungan nelayan di Tallo. Kami berkunjung ke rumah rekan, panggil saja Ibu Sain. Sain adalah seorang pegiat hak nelayan perempuan disana. Pasca reklamasi proyek Makassar New Port (MNP) nelayan banyak dirugikan.

Sain membawa kami ke daerah perkampungan nelayan, perkampungan yang berdiri di atas laut. Kami duduk sembari memandangi pemandangan laut lepas tepat di belakang rumah warga, mereka mendirikan rumah membelakangi laut. Disamping pemandangan laut lepas juga tersaji pelabuhan MNP.

Di belakang perkampungan itu ada tanggul yang memecah ombak. Belakangan diketahui tanggul tersebut merupakan salah satu proyek perpanjngan dari MNP. Kami sempat berjalan di sekitar tanggul tersebut.

Laut yang mulai menghitam, pasir pantai yang mulai berlumpur, dan sampah yang berserakan adalah pemandangan yang kami temui di sekitaran area tanggul tersebut. Bukannya tanpa aksi, di pagi hari. Warga secara bergantian membersihkan sampah sampah yang secara rutin tiba di bibir pantai. Dari pemerintah setempat mereka mengenalkan program Bank Sampah. Masyarakat akan menjual sampahnya dengan perolehan harga tertentu.

Sayangnya, letak Pantsi Marbo yang dikelilingi pabrik industri dan pelabuhan dengan aktifitas yang cukup intens memungkinkan sampah terus berdatangan. Belum lagi sampah sampah masyarakat Makassar yang tidak memiliki sistem pembuangan yang baik. Menjadikan masyarakat lebih senang membuang sampah di laut ataupun sungai. Yang nantinya akan membawa sampah sampah tersebut ke permukiman masyarakat pesisir dan beberapa pulau kecil di Makassar.

Kedatangan Pandawara Grub seharusnya menjadi peringatan bagi setiap elemen masyarakat. Sampah palstik dan sampah industri pada akhirnya merugikan kita semua. Terkhusus masyarakat pesisir Nelayan Tallo. Hal itu akan merugikan ruang hidupnya, sebagian besar mereka adalah nelayan yang mengandalkan laut selat Makassar. Jika tidak dijaga maka bisa saja 10 tahun ke depan Selat Makassar berubah dari tempat penghidupan menjadi perairan hitam yang busuk.

*) Penulis adalah kader IMM Gowa

Facebook Comments
ADVERTISEMENT