Oleh : Dr. Widya Rizky Pratiwi, S.Pd., MM*
Hari Guru yang kita peringati hari ini, 25 November 2024, bukan hanya momentum seremonial, melainkan kesempatan untuk merenungkan betapa pentingnya peran guru dalam pembangunan bangsa. Guru adalah agen perubahan, penggerak transformasi pendidikan, sekaligus pelaku utama dalam upaya menciptakan generasi penerus yang cerdas dan berkarakter. Di era digital ini, tugas guru semakin kompleks, menuntut adaptasi terhadap teknologi, fleksibilitas dalam menghadapi dinamika sosial, dan ketahanan mental di tengah berbagai tantangan, termasuk kurangnya apresiasi terhadap dedikasi mereka.
Guru sebagai Pendidik dan Pemimpin Transformasi Pendidikan
Guru adalah pilar utama dalam sistem pendidikan. Di era transformasi digital, peran mereka menjadi semakin strategis, tidak hanya sebagai penyampai ilmu, tetapi juga sebagai fasilitator pembelajaran berbasis teknologi. Paradigma pendidikan telah bergeser dari metode tradisional menuju pendekatan yang lebih interaktif dan adaptif, seperti penggunaan Learning Management Systems (LMS), pembelajaran berbasis proyek, dan integrasi teknologi digital lainnya.
Namun, transformasi ini tidak selalu mudah bagi guru. Banyak di antara mereka menghadapi keterbatasan fasilitas, kesenjangan kompetensi digital, dan beban kerja yang semakin berat. Selain itu, mereka juga diharapkan mampu membangun karakter siswa, melatih mereka berpikir kritis, serta mempersiapkan mereka menghadapi tantangan global. Peran ganda ini sering kali tidak diimbangi dengan apresiasi yang layak. Guru sering merasa bahwa dedikasi mereka kurang dihargai, baik oleh pemerintah, masyarakat, maupun orang tua siswa.
Tantangan sosial-kultural juga menjadi perhatian. Di tengah harapan yang semakin tinggi dari masyarakat terhadap hasil pendidikan, guru kerap kali menjadi sasaran kritik jika siswa tidak mencapai prestasi yang diinginkan. Mirisnya, kritik ini tidak jarang berujung pada tindakan hukum, terutama jika orang tua merasa tidak puas terhadap metode pengajaran atau tindakan disiplin yang dilakukan guru.
Fenomena Pelaporan Guru: Tantangan Sosial di Dunia Pendidikan
Salah satu tantangan besar yang dihadapi guru saat ini adalah meningkatnya kasus pelaporan oleh orang tua siswa. Fenomena ini mencerminkan ketidakseimbangan antara ekspektasi orang tua dan otonomi guru dalam mendidik. Di Indonesia, beberapa kasus pelaporan terhadap guru telah menjadi sorotan publik, seperti seorang guru yang dipidanakan karena memberikan hukuman disiplin kepada siswa. Kasus-kasus ini tidak hanya merusak moral guru, tetapi juga menimbulkan dampak negatif pada ekosistem pendidikan secara keseluruhan.
Fenomena ini dapat terjadi karena berbagai faktor. Pertama, ada perbedaan persepsi tentang metode disiplin. Apa yang dianggap sebagai langkah mendidik oleh guru mungkin dipandang sebagai tindakan yang tidak pantas oleh orang tua. Kedua, kurangnya komunikasi yang efektif antara guru dan orang tua sering kali memicu kesalahpahaman. Ketiga, harapan yang berlebihan terhadap hasil pendidikan tanpa memahami proses yang terjadi di kelas turut memperburuk situasi.
Akibat dari fenomena ini sangat serius. Guru merasa tertekan dan kehilangan rasa aman dalam menjalankan tugasnya. Mereka cenderung menghindari tindakan yang berisiko, termasuk menerapkan disiplin yang sebenarnya diperlukan untuk membangun karakter siswa. Selain itu, hubungan antara guru, siswa, dan orang tua menjadi renggang, menciptakan lingkungan pendidikan yang tidak kondusif.
Meningkatkan Apresiasi terhadap Guru: Tugas Bersama di Hari Guru
Hari Guru adalah momen yang tepat untuk merefleksikan langkah-langkah nyata yang dapat diambil untuk meningkatkan apresiasi terhadap guru. Pendidikan yang berkualitas tidak hanya membutuhkan guru yang kompeten, tetapi juga dukungan penuh dari orang tua, masyarakat, dan pemerintah. Kerja sama yang baik antara ketiga pihak ini akan menciptakan ekosistem pendidikan yang mendukung peran guru sebagai pendidik dan penggerak perubahan.
- Membangun Kerja Sama dan Komunikasi
Salah satu langkah penting adalah membangun komunikasi yang terbuka antara guru dan orang tua. Sekolah dapat memfasilitasi forum diskusi rutin atau pertemuan individu untuk menyelaraskan harapan kedua belah pihak. Orang tua juga perlu diberikan literasi tentang tugas dan tantangan yang dihadapi guru, sehingga mereka dapat memahami bahwa pendidikan adalah proses bersama, bukan semata-mata tanggung jawab guru.
- Penguatan Regulasi untuk Melindungi Guru
Pemerintah memiliki peran penting dalam melindungi guru dari ancaman pelaporan yang tidak relevan. Pembentukan regulasi yang jelas untuk menyelesaikan konflik antara guru dan orang tua, seperti pembentukan badan mediasi di setiap sekolah, dapat menjadi solusi efektif. Hal ini akan memberikan rasa aman bagi guru dalam menjalankan tugas mereka.
- Apresiasi yang Layak untuk Guru
Apresiasi terhadap guru tidak hanya berupa penghargaan materi, tetapi juga pengakuan atas dedikasi mereka. Program penghargaan seperti “Guru Inspiratif” atau “Pendidik Berdedikasi” dapat menjadi bentuk motivasi yang efektif. Selain itu, pemerintah dan sekolah perlu menyediakan pelatihan profesional untuk membantu guru mengembangkan kompetensi mereka di era digital.
- Dukungan Masyarakat
Masyarakat juga memiliki peran besar dalam menciptakan budaya penghormatan terhadap profesi guru. Dengan mengapresiasi peran mereka sebagai pendidik dan pemimpin transformasi pendidikan, kita dapat mendorong terciptanya lingkungan yang mendukung kemajuan pendidikan nasional.
Upaya ini harus menjadi tanggung jawab bersama, dari individu hingga pemerintah, untuk menciptakan sistem pendidikan yang adil, inklusif, dan berdaya saing global. Pada akhirnya, menghargai guru adalah langkah awal untuk memastikan pendidikan tetap menjadi pilar utama pembangunan bangsa. Melalui tulisan ini, penulis mengucapkan, “Selamat Hari Guru nasional, Dedikasi Guru adalah Inspirasi Tiada Henti”
*) penulis adalah Dosen Universitas Terbuka