Matakita.co, Makassar,- Pada hari Senin, 03/02/2025 Kampanye akbar yang dirangkaikan dengan dialog terbuka pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden BEM FH UH, Dzikrullah Al Muta’al dan Dyandra Rayyani berlangsung sukses di Gedung Guru, Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan. Acara ini mengusung tema “Menjajaki Tantangan Isu Kemahasiswaan” dan disambut dengan antusiasme tinggi dari para peserta yang hadir.
Sejumlah pemateri dihadirkan dalam dialog ini yang tentunya memiliki pengalaman dan kapasitas dalam dunia aktivisme mahasiswa. Narasumber tersebut diantaranya A. Fadhil Aprilyandi Sultan dari Partai Hijau Indonesia, Fikran Prawira selaku Presiden BEM FIS-H UNM, Muhammad Adam Rifqi sebagai Presiden BEM FH UMI, Mursil Akhsam selaku Demisioner Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Hukum UIN Alauddin 2024, serta Dzikrullah Al Muta’al sebagai calon Presiden BEM FH UH.
Dalam diskusi yang berlangsung dinamis tersebut, para pemateri menyampaikan pemikiran mereka terkait kondisi gerakan aktivisme mahasiswa saat ini termasuk evaluasi atau refleksi beberapa tahun belakangan ini . Beberapa faktor penyebab kemunduran gerakan mahasiswa turut menjadi sorotan, di antaranya rendahnya minat mahasiswa dalam berorganisasi serta proses pengkaderan yang dinilai perlu dievaluasi.
Salah satu isu yang mencuat dalam dialog adalah kritik dari BEM FH UMI terhadap eksklusivitas BEM FH UH setahun belakangan yang dinilai sulit dihubungi sehingga menyulitkan upaya kolaborasi dalam mengawal gerakan mahasiswa. Menanggapi hal ini, Dzikrullah Al Muta’al menegaskan bahwa apabila dirinya terpilih sebagai Presiden BEM, ia akan menciptakan ruang inklusif yang terbuka bagi semua pihak. Hal ini bertujuan untuk mewujudkan gerakan kemahasiswaan yang lebih kolaboratif, sinergis, dan sinkron dengan tupoksi masing-masing lembaga kemahasiswaan.
“Terimakasih atas saran dan masukannya teman-teman pemateri. Ini tentunya menjadi suatu catatan yang sangat penting dan menjadi fokus utama bagi kami jika terpilih nantinya. Kami sendiri juga sadar bahwa gerakan mahasiswa hari ini cukup mengkhawatirkan jika dibandingkan dengan beberapa tahun belakangan. Semakin mundur tentunya bahkan dengan kacamata telanjang. Olehnya kami hadir dengan visi yang lebih fresh, membawa harapan dan cita perjuangan yang lebih visioner kearah idealitas yang diharapkan”, ujarnya.
Dzikrullah yang sebelumnya merupakan ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa FH UH juga menyampaikan bahwa visi yang dibawanya saat ini merupakan visi yang lahir bukan hanya dari pemikiran pribadinya, tetapi lahir dari pengalamannya dan diskusi panjang mengenai isu-isu kemahasiswaan.
“Visi kami tentunya yang utama dan telah kami sampaikan kemarin dalam agenda khusus di kampus. Kami menyusun Visi dan Misi tentunya bukan hal yang mudah, kami menerima masukan dan saran dari teman-teman hingga kami simpulkan bahwa inilah visi kami yang paling cocok dan mengcover problem kemahasiswaan belakangan ini”, tutupnya.
Acara ini menjadi momentum penting dalam mengkaji kembali peran mahasiswa sebagai agen perubahan. Dialog tersebut tidak hanya menjadi ajang kampanye belaka melainkan ajang membuka kesadaran serta semangat aktivisme mahasiswa agar dapat kembali menguat demi menciptakan gerakan yang lebih solid dan progresif. (**)