MataKita.co, Makassar — Revolusi industri tahap empat atau era industri 4.0 (four point zero) ditandai dengan berbagai teknologi yang mengabungkan dunia fisik, digital dan biologis yang mempengaruhi semua disiplin ilmu, kehidupan, perekonomian, aktifitas industri dan kapasitas tenaga kerja.
Terkait hal ini, maka dunia pendidikan tidak terkecuali kampus-kampus akan dan telah berhadapan dengan era ini. Demikian juga dengan kampus yang berada di Sulsel, saat ini dituntut untuk bisa mengikuti perkembangan yang ada, adaktif serta mampu melakukan inovasi.
“Kita sudah masuk industri 4.0, apabila betul-betul masuk kampus perguruan tinggi yang tidak memiliki antisipasi, akan memiliki dampak yang fatal, pengangguran di mana-mana,” kata Penjabat Gubernur Sulsel Soni Sumarsono.
Mengapa, karena beberapa pekerjaan itu hilang, contoh konkrit misalnya pegawai admisistrasi, tenaga umum dan operator atau pekerjaan yang bisa diambil alih oleh atau dikerjakan oleh alat yang melibatkan sistem komputerisasi.
“Tenaga kerja itu akan hilang. Kalau ilmu kita di kampus-kampus tidak diajarkan pendidikan inovasi 4.0, maka ini lulusan kampus tidak akan mampu bisa terserap oleh dunia tenaga kerja,” sebutnya.
Adapun cara yang dapat ditempuh adalah, melakukan perubahan kurikulum pendidikan yang bisa mengantisipasi kebutuhan kira-kira 10 hingga 20 tahun ke depan. Sehingga lulusan tersebut akan terserap ke pasar yang dibutuhkan.
Ia memprediksi bahwa kebutuhkan tenaga kerja semuanya akan bersinggungan dengan informasi teknologi (IT).
“Saya tidak bisa bayangkan tidak berbasis teknologi karena itu kampus saat ini harus mempersiapkan diri,” paparnya.
Ia mengakui, bahwa untuk menuju kesana memang dibutuhkan dana yang besar. Untuk menyediakan sarana dan prasarana. Misalnya, perkantoran, aplikasi dan penunjang lainnya.
Kampus yang ada di Sulsel harus berubah menuju kesana dan mempengaruhi perubahan yang ada.
“Perubahan menuju industri 4.0, supaya mahasiswa-mahasiswa ini terlindungi hari depannya dengan lebih baik, saya kira itu intinya,” pungkasnya.
