Beranda Mimbar Ide Fenomena Ulama Dalam Pertarungan Pilpres 2019

Fenomena Ulama Dalam Pertarungan Pilpres 2019

0
Dr. Nasaruddin Umar SH.MH

Oleh : Dr. Nasaruddin Umar SH.MH.*

Menjawab keraguan, dan ketidakpercayaan publik di tengah krisis tokoh nasional dan kontekstasi pencalonan Pilpres 2019 yang kian dekat. Munculnya sejumlah ulama sebagai pigur alternatif untuk memenangkan Pilpres 2019 merupakan suatu fenomena menarik dalam membaca peta politik nasional dewasa ini. Nama Ustadz Abd Somad dan Ustadz Salim Assegaf Al Jufri direkomendasikan hasil oleh Ijtima Ulama yang digagas oleh GNPF-MUI untuk mendampingi Prabowo sebagai capres yang telah diusung yaitu Gerindra, PKS, PAN dan Demokrat merupakan bukti kuat, betapa ulama menjadi magnet politik dalam memenangkan Pilpres 2019.

Disamping itu di kubu petahana Presiden Jokowi yang kembali dijagokan sebagai calon Presiden yang didukung partai seperti PDI P, Golkar, Nasdem, Hanura, PPP, PKB, PKPI, PSI dan Perindo juga memunculkan ulama sebagai bigur alternatif posisi calon wakil presidennya mendampingi Jokowi dalam Pilpres 2019, seperti KH.Ma’ruf Amin, dan Tuan Guru Bajang (TGB), dan Prof Mahfud MD merupakan ulama dan cendekiawan muslim refresentasi umat.

Fenomena mencuatnya ulama sebagai pigur strategis dalm menarik simpati rakyat yang telah mengeser pigur cawapres dari kalangan elit partai politik, seperti di kualisi keumatan yang sejak awal telah memunculkan sejumlah pigur dari kalangan partai seperti Zulkifli Hasan Ketua PAN, AHY dari Partai Demokrat sedang dikubu kebangsaan ada cak imim dari PKB, dan ketua PPP Rohamumuzy, bahkan menggeser pigur dari militer seperti mantan panglima TNI Jendaral Agus Nurmantio dan Jenderal Moeldoko.

Fenomena ini bukan tanpa alasan sebab partai politik secara internal mengalami krisis kader yang mempuni dikenal dan dikagumi umat khususnya umat Islam sebagai pemilih terbesar di republik ini, sehingga posisi ulama sebagai panutan umat sangat berpengaruh dalam menarik simpati pemilih disamping itu adanya kerinduan umat Islam akan pemimpin negara yang betul-betul memiliki komitmen agama yang tinggi, yang mampu membawa umat dan bangsa lebih bermartabat. sehingga ulama memandang calon presiden dan wakil presiden dapat merepresentasikan pigur yang berlatar belakang keumatan dan berlatar belakang kebangsaan. Prabowo sebagai pigur yang merepresentaikan tokoh dari kalangan nasionalis dan Ustadz Abd Somad mewakili kelompok keummatan dipandang sebagian pihak sebagai kolaborasi yang ideal. Demikian pula jika dipasangkan Jokowi dengan K.H. Ma’ruf Amin atau Mahfud MD dan TGB merupakan kolaborasi yang tepat dalam menjawab problematika bangsa kedepan.

Secara historis-ideologis memasangkan pigur nasionalis dan ulama selalu menjadi komposisi yang ideal, disetiap kontestasi politik di Indonesia sejak masa-masa reformasi seperti munculnya, K.H. Abdurrahman Wahid (gusdur) sebagai Presiden keempat tahun 1999-2001 dipilih oleh MPR RI hasil pemilu 1999, selanjutnya KH. Hasyim Muzadi mendampingi Ibu Megawati pada Pilpres 2004, meskipun pasangan ini kalah pada saat itu, namun sejak dulu ulama selalu mewarnai peta perpolitikan di Indonesia baik sebelum kemerdekaa hingga sesudah kemerdekaan, peran ulama perlu diakui seperti kepeloporan K.H. Hasyim Asya’ari, K.H.Ahmad Dahlan dalam peran-peran kebangsaannya, dan para tokoh pendiri negara yang ikut serat melahirkan Pancasila seperti Ki Bagus Hadikusumo, Prof.Kasman Singodimedjo, KH.Abdul Kahar Mudzakkir, Muhammad Yamin, Mohammad Natsir, H.Agus Salim, dan lain-lain hingga terbentuknya partai Islam seperti Partai Syarikat Islam Indonesia, Partai Masyumi, Partai Nahdlatul Ulama, Partai Muslimin, dan pada pemilu pertama 1955 Partai Masyumi dan Partai NU mampu meraih 102 kursi di parlemen hingga masa reformasi, ulama selalu mengambil peran kebangsaannya, dan puncaknya dua tahun terakhir ini sejak munculnya gerakan santri dan ulama 212 yang dianggap sangat berpengaruh dalam kemenangan Anis-Sandi dalam Pilkada Jakarta 2018 meskipun awalnya gerakan dimaksudkan untuk mengawal proses penegakan hukum atas kasus penistaan agama yang dilakukan oleh Basuki Tjahaja Purnama dan berhasil membawa Ahok dipesakitan namun gerakan tersebut terus berkembang
hingga menjelan Pilpres 2019.

Munculnya peran ulama dalam momentum perpolitikan Nasional yang memeng secara historis sangat berjasa terhadap berdirinya bangsa ini, sehingga keterlibatan ulama merupakan bentuk partisipasi politik atau peran kewarganegaraan yang dilindungi konstitusi kita dalam baik dalam pasal 6 maupun pasal 27 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 untuk dicalonkan sebagai presiden dan wakil presiden dan kedudukan yang sama di dalam hukum dan pemerintahan yang harus dihormati dan dijunjng tinggi, keikutsertaan ulama dalam memperbaiki kondisi bangsa dewasa ini, juga menunjukkan adanya ekspresi kerinduan umat akan lahirnya pemimpin-pemimpin yang betul-betul amanah dan religus serta politik keummatan sebagai position maker penentu dalam peta percaturan politik nasional di saat negara mengalami krisis kebangsaaan, krisis kepemimpinan nasional belum lagi krisis ekonomi, agama dan moraliltas, yang berakibat munculnya isu-isu disintegrasi bangsa. Sebab fenomena dugaan kriminaliasasi ulama, ideologi komunis, legalisasi LGBT, akhir-akhir ini cukup santer menghiasi ruang publik tahun-tahun terakhir ini hal tersebut mengkhawatiran lahirnya rezim kekuasaan yang sekuler yang jauh dari nilai-nilai ketuhanan.

Di samping adanya pigur nasionalis yang ideologi masih dibutuhkan disaat bangsa masih menghadapi krisis kedaulatan akibat serbuan tenaga kerja asing, privatisasi bumn dan internasionalisasi aset-aset nasional melaui penguasaan kekayaan alam dan keterlibatan perusahan asing seperti Chevron, Total, Shell, Freeport, Petrochina dalam pengelolaan sektor migas dan pertambangan di Indoenesia seperti di Freeport, blok Mahakam dan blok Rokan serta pertumbuhan ekonomi dan kurs rupiah atas dolar yang kian melemah hingga menembus 14.500 rupiah/dollar, angka kemiskinan dan penggangguran yang masih tinggi dan sulitnya mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak.

Semoga saja peran ulama dalam pilpres kali ini dapat masuk direspon positif sebagai calon presiden baik di kubu Prabowo maupun kubu Jokowi dalam menetukan pasangan masing-masing. Sehingga munculnya pigur ulama dalam pilpres 2019 diharapkan mampu menjawab dan menjaga kekhawatiran umat tersebut, sehingga Pilpres 2019 menjadi arus baru lahirnya pemimpin nasional yang negarawan dan religius dalam mengantar bangsa ini ke gerbang kejayaannya.

Ambon 1 Agustus 2018

*) Penulis adalah Pakar hukum tata negara IAIN Ambon

Facebook Comments