*Oleh: Feri
Sebagai pemuda Luwu Utara, melihat bahwa politik adalah hal yang dinamis. Perubahan dan perbedaan pandangan selalu ada, namun yang harus kita ingat bersama adalah bahwa proses politik, terutama dalam pilkada, tidak boleh mengorbankan harmoni sosial di tengah masyarakat. Demokrasi bukan hanya tentang siapa yang menang atau kalah, tetapi juga tentang bagaimana kita bisa berkompetisi secara sehat tanpa harus merusak persaudaraan dan kedamaian yang telah terjalin.
Dalam setiap perbincangan politik di tingkat lokal, sering kali saya mendengar orang-orang yang saling berdebat dengan emosi yang meluap-luap, bahkan hingga memicu pertikaian antarwarga. Saya merasa ini adalah masalah serius yang harus segera kita benahi. Politik, seharusnya, adalah ajang pertukaran ide dan gagasan untuk membangun daerah kita lebih baik, bukan ladang perseteruan.
Pilkada, sebagai bentuk dari demokrasi, perlu dihargai dengan menjunjung tinggi etika. Etika dalam politik artinya kita saling menghargai perbedaan pendapat, tidak menggunakan kata-kata kasar, tidak menyebarkan berita bohong, serta menghindari tindakan provokatif yang dapat memecah belah. Saya percaya, dengan etika, masyarakat Luwu Utara bisa menjalani pilkada dengan tenang dan damai, tanpa ada keretakan di antara kita.
Sebagai pemuda, saya ingin menyampaikan pesan kepada semua pihak, baik para kandidat, tim sukses, maupun seluruh masyarakat, bahwa kita adalah saudara. Kita harus mengedepankan rasa saling menghormati dan menjaga kerukunan. Setelah pilkada usai, siapapun yang terpilih, kita harus tetap bersatu dalam membangun Luwu Utara.
Politik memang dinamis dan selalu berubah-ubah, namun prinsip etika dan kesantunan harus selalu menjadi landasan kita dalam berpolitik. Saya mengajak seluruh masyarakat Luwu Utara untuk tidak hanya menjadi pemilih yang cerdas, tetapi juga menjadi pemilih yang beretika. Mari kita wujudkan pilkada yang damai, bermartabat, dan penuh rasa saling menghargai.
Kita juga menyadari bahwa emosi dalam politik sering kali dipicu oleh informasi yang salah atau berita bohong yang beredar di media sosial. Oleh karena itu, sebagai generasi muda yang melek teknologi, merasa memiliki tanggung jawab untuk menyaring dan memverifikasi informasi sebelum menyebarkannya. Kita semua memiliki peran penting dalam menjaga agar informasi yang beredar tetap akurat dan tidak memancing konflik. Jangan sampai perbedaan pandangan politik memicu perpecahan hanya karena kita tidak bijak dalam menggunakan teknologi.
Selain itu, kita percaya bahwa pendidikan politik yang baik juga harus dimulai dari keluarga dan lingkungan sekitar. Ketika kita terbiasa dengan perbincangan yang santun dan terbuka dalam membahas isu politik, kita akan lebih mudah menerima perbedaan pandangan. Budaya diskusi yang sehat dan saling menghormati ini harus kita tanamkan sejak dini agar generasi muda dapat tumbuh menjadi warga negara yang bijak dan beretika dalam berpolitik. Kita harus ingat bahwa tujuan utama politik adalah untuk memajukan daerah, bukan memperkeruh suasana.
Maka dari itu mari kita bersama-sama menciptakan pilkada yang damai. Jangan sampai persaingan politik mengaburkan hubungan baik antar tetangga, teman, atau bahkan keluarga. Setelah semua suara dihitung dan pemenang diumumkan, kita tetap tinggal di tanah yang sama, bekerja sama untuk membangun Luwu Utara menjadi daerah yang lebih baik. Mari kita buktikan bahwa politik yang beretika dan damai adalah ciri khas masyarakat Luwu Utara yang bermartabat.
*) Penulis adalah Mahasiswa Asal Luwu Utara dan Ketua Umum IMM Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin