Matakita.co, Makassar- Dalam semangat kebersamaan dan penguatan nilai-nilai keislaman serta budaya gotong royong, H. Ferry Taslim, S.H., M.Hum., M.Si., Dt. Toembidjo yang menjabat sebagai Asisten Perdata dan Tata Usaha Negara (Asdatun) Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan sekaligus Ketua Presidium Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Baitul Adli Kejati Sulsel, menggagas kegiatan Qurban Sapi Kolektif menjelang Idul Adha 1446 H.
Program ini terbuka luas bagi masyarakat, khususnya warga Minangkabau yang berdomisili di Sulawesi Selatan, Khususnya Kota Makassar dan sekitarnya, untuk ikut serta dalam amal ibadah qurban bagi yang mampu. Dalam waktu singkat, inisiatif ini telah berhasil menghimpun partisipasi peserta yang nyaris mencukupi dua ekor sapi qurban, dengan target sebanyak lima ekor sapi.
“Qurban bukan hanya ibadah personal, tetapi juga bentuk solidaritas sosial. Melalui semangat ‘dari kito untuk kito’, kita ingin menghadirkan qurban sebagai jalan menyatukan hati, mempererat silaturahmi, dan menguatkan rasa kebersamaan sesama urang awak di rantau,” ujar Dt. Toembidjo yang juga merupakan niniak mamak dan tokoh adat Minangkabau yang aktif dalam kegiatan sosial-keagamaan organisasi Ikatan Keluarga Minangkabau Sapayuang Sulawesi Selatan (IKM Sapayuang).
Nilai Spiritual dan Sosial Ibadah Qurban
Ibadah qurban adalah manifestasi dari ketaatan dan kepedulian sosial umat Islam. Dalam Al-Qur’an, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berqurbanlah.”
(QS. Al-Kautsar: 1–2)
Ayat ini menjadi dasar bahwa qurban adalah bentuk syukur dan pengabdian yang tulus kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Tidak hanya itu, qurban juga menjadi momentum membangun empati dan berbagi kebahagiaan dengan sesama, terutama bagi mereka yang membutuhkan.
Petuah Minang: Berqurban Itu Bagian dari Budaya Berbagi
Dalam tradisi Minangkabau, nilai kebersamaan dan tolong-menolong selalu dijunjung tinggi. Pepatah adat mengajarkan:
“Barek samo dipikua, ringan samo dijinjiang.”
(Yang berat kita pikul bersama, yang ringan kita jinjing bersama.)
Petuah ini mencerminkan filosofi hidup masyarakat Minang yang senantiasa bergandengan tangan, apalagi dalam urusan ibadah dan kepedulian sosial. Qurban bukan sekadar penyembelihan hewan, tetapi juga pemersatu hati, penguat ikatan, dan bentuk nyata dari “hidup bersuku, berpucuk kepada adat, berurat ke syarak, bersyarak kepada iman.”
Qurban Kolektif, Wadah untuk Bersama
Program Qurban ini terbuka bagi siapa saja, khususnya anggota Ikatan Keluarga Minangkabau Sapayuang Sulawesi Selatan (IKM Sapayuang Sulsel) yang ingin menyalurkan qurbannya secara kolektif, transparan, dan penuh keberkahan. Setiap penyertaan akan didata dengan rapi dan penyaluran daging qurban akan dilaksanakan secara adil, menyasar masyarakat yang membutuhkan di berbagai titik di Makassar dan sekitarnya.
Mari Berpartisipasi
Bagi masyarakat Minangkabau dan kaum Muslimin lainnya yang ingin berpartisipasi, panitia masih membuka kesempatan untuk ikut serta dalam program ini. Dengan target 5 ekor sapi, kolaborasi ini diharapkan menjadi simbol kuat bahwa semangat berbagi masih hidup dan tumbuh di tengah masyarakat perantauan.
Mari jadikan Idul Adha tahun ini bukan hanya sebagai ritual, tetapi juga sebagai momen memperkuat jalinan hati dan rasa memiliki antar sesama.
“Dari kito, untuak kito — menyatu dalam niat, berpadu dalam ibadah.”