Beranda Politik Makna Filosofis Salam Punggawa

Makna Filosofis Salam Punggawa

31

Salam punggawa yang dipopulerkan oleh Ichsan Yasin Limpo dan kini menjadi jargon politik dalam Pilgub 2018 mendatang, ternyata memiliki nilai filosifis yang sangat dalam. Punggawa, bukanlah sosok diktator atau feodal yang banyak digambarkan sebagian orang. Tetapi lebih dari itu punggawa adalah manifestasi dari sosok manusia Bugis Makassar yang sarat dengan budaya. Secara harfiah kata Punggawa adalah sosok seorang pemimpin baik dalam artian mikro maupun makro.

Secara mikro, kita adalah seorang pemimpin, paling tidak pemimpin bagi diri sendiri atau keluarga. Seorang suami adalah sosok punggawa bagi keluarganya. Nilai nilai luhur punggawa, sesungguhnya dimiliki semua orang, sejak lahir manusia sudah memiliki gen sebagai seorang punggawa. Jadi biasa diakatakan bahwa kita semua adalah seorang pemimpin dan seorang punggawa.

Punggawa adalah bagian dari falsafah hidup orang Bugis Makassar, falsafah hidup adalah sebuah prinsip mendasar yang dimiliki setiap orang. Jika dilihat secara mendalam setiap Punggawa memiliki nilai seperti siri na pacce yakni prinsip yang menjunjung tinggi rasa malu.

Siri atau Malu ketika melakukan hal yang tidak baik seperti melanggar aturan atau hukum. Jika seorang pemimpin terbukti melakukan pelanggaran hukum, tentunya bisa dikatakan dia tidak memiliki rasa siri, yang menjadi sarat mutlak bagi seorang pemimpin yang baik. Sedangkan pacce, adalah penggambaran sifat empaty kepekaan yang mampu merasakan penderitaan orang lain. Seorang pemimpin yang memiliki rasa pacce, akan selalu mengutamakan kepentingan masyarakat dan kepentingan sosial.

Seorang Punggawa juga memiliki sifat taro ada taro gau, yang berarti seorang pemimpin harus selalu satu kata dengan perbuatan, konsisten dengan apa yang pernah diucapkan, tidak mengumbar janji janji palsu yang bisa berakibat kesengsaraan bagi rakyat yang dipimpinnya. Tak bisa dipungkiri, ada pemimpin yang lebih mengutamakan pecitraan meski harus membohongi rakyatnya, dia tampil seolah sebagai sosok yang luar biasa namun di balik itu semuanya hanya bersifat semu belaka.

Selain itu ada sifat sipakainga, sipakatau dan sipakalebbi. Sipakainga berarti setiap kita harus saling mengingatkan, melakukan evaluasi dan mampu membimbing rakyat yang mengalami permasalahan tanpa membeda bedakan. Sipakatu adalah sifat saling menghormati, tidak saling sikut atau saling rebut jabatan atau sekadar mengejar kekayaan semata. Sedangkan sifat sipakalebbi adalah senantiasa menghargai sesama manusia jauh dari permusuhan dan kebencian.

Facebook Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here