Oleh : Engki Fatiawan*
“Perempuan Menyapa, Perempuan Berdaya, Menuju Indonesia Emas 2045” merupakan tema peringatan hari ibu tahun 2024. Tema menarik yang memperlihatkan bahwa perempuan dapat memiliki daya saing untuk melihat dan mengambil peran menuju Indonesia emas 2045. Tema tersebut mencoba untuk mematahkan persepsi perempuan sebagai makhluk yang dinomor duakan di ruang publik.
Peran perempuan tidak kalah pentingnya dengan peran laki-laki karena pada tubuh perempuan tersalurkan generasi penerus bangsa. Kasih sayang seorang perempuan sangat dibutuhkan untuk kemajuan peradaban dan itu dibuktikan pada diri setiap ibu di muka bumi. Dalam setiap kelahiran manusia di muka bumi tidak bisa dipungkiri ada banyak darah yang terbuang. Namun, semua itu tak dihiraukan demi kelahiran sang buah hati. Dan peran itu tidak ada pada laki-laki.
Dalam perayaan hari ibu terkadang banyak yang terjebak dalam romantisme ceremonial belaka. Membalas kasih sayang pada ibu hanya pada momen-momen tertentu yang setelah itu kembali pada perangai yang tak menyenangkan. Namun, pada tulisan kali ini bukan hanya tentang kasih sayang ibu terhadap anaknya atau sebaliknya, melainkan sebuah persembahan yang merujuk pada sejauh mana berkasih sayang terhadap bumi.
Dogma agama sering menyampaikan bahwa surga di bawah telapak kaki ibu. Banyak makna yang dapat dilihat pada kalimat tersebut namun, jika mencermati kata “di bawah” berarti merujuk kepada sesuatu. Apa yang ada di bawah telapak kaki? Pertanyaan itu dapat di jawab dengan berbagai hal yang dapat diinjak oleh kaki akan tetapi, secara luas yang diinjak oleh telapak kaki adalah tanah atau bumi. Pemaknaan terhadap surga belum ada yang dapat menggambarkan secara pasti. Namun, dalam kitab agama surga sering digambarkan seperti keadaan yang ada di Bumi.
Bumi sebagai tempat tinggal yang padanya berlangsung kehidupan hubungan timbal balik antar setiap komponen. Bumi memberikan kehidupan yang padanya menumbuhkan segala macam tumbuhan yang dapat dimanfaatkan oleh makhluk hidup lainnya. Maka dari itu, peran bumi sangat penting terhadap manusia dan makhluk hidup lainnya.
Dewasa ini, kesombongan manusia sebagai makhluk yang dapat mengatur dan memanfaatkan segala yang tersedia di bumi telah menganggap bahwa dirinya memiliki kuasa terhadap segala makhluk yang ada di luar dirinya. Anggapan kepemilikan kekuasaan itu telah memberikan legitimasi untuk berbuat pada sesuatu yang menguntungkan pada dirinya dan mengeksploitasi hak yang ada pada makhluk lainnya. Dan umumnya yang melakukan peran ini adalah laki-laki. Jika laki-laki menjadi subjek pada peran tersebut maka segala sesuatu yang ada di luar dirinya menjadi objek eksploitasi termasuk perempuan. Perempuan dan bumi kerap menjadi objek eksploitasi demi mencapai keuntungan.
*Bencana Banjir di Tengah Perayaan Hari Ibu*
Eksploitasi terhadap bumi akhir-akhir ini telah banyak terjadi. Sebagai bentuk sebab akibat dari eksploitasi terhadap bumi telah menimbulkan dampak bencana yang merugikan bagi anak-anak bumi. Bencana langganan sebagai akibat dari eksploitasi bumi yaitu bencana hidrometeorologi (banjir, longsor, puting beliung, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, dan polusi). Setiap tahun beberapa bencana tersebut terjadi di muka bumi tak terkecuali di Indonesia.
Pada perayaan hari ibu kali ini di berbagai daerah di Sulawesi Selatan diwarnai dengan bencana banjir. Banjir yang terjadi di Sulawesi Selatan telah merugikan banyak masyarakat secara materil. Banyak rumah yang terendam dan hanyut terbawa arus.
Melihat permasalahan banjir yang terjadi di berbagai daerah tersebut kita tidak patut mengutuk bahwa kesalahan itu hanya dilakukan oleh pemerintah daerah karena dampak perubahan iklim bukan hanya disebabkan oleh satu tempat. Perubahan iklim adalah masalah global yang disebabkan oleh kerakusan manusia di muka bumi. Kemajuan peradaban manusia tidak bisa dipungkiri telah membawa perubahan iklim tersebut.
Penggunaan teknologi dan pembangunan tidak terlepas dari hasil industri ekstraktif. Teknologi hari ini banyak menggunakan material yang didapatkan dari perut bumi melalui proses penambangan. Begitupun dengan proses pembangunan yang berbasis betonisasi. Ada banyak bukit yang diratakan, karst yang dihancurkan, lahan yang dirusak, dan hutan yang ditumbangkan untuk memenuhi kemajuan teknologi dan pembangunan pada suatu daerah.
Kita tidak bisa menolak kemajuan teknologi dan negara berkembang seperti Indonesia tidak bisa terlepas dari proses pembangunan. Hal yang bisa dilakukan adalah dengan meminimalisir kerusakan terhadap lingkungan. Konservasi tanah dan air sangat dibutuhkan dalam proses penambangan dan pembangunan. Hal itu tidak boleh luput dari proses perencanaan dalam pembangunan dan pengembangan wilayah.
Untuk mengatasi banjir daerah yang kerap kali mengalami bencana tersebut maka sumur resapan pada setiap rumah wajib di peradakan atau pada beberapa titik lokasi. Hal ini perlu diatur dan dimaksimalkan oleh pemerintah daerah karena sunnatullahnya air harus dimasukkan ke dalam tanah untuk mengisi pori-pori tanah. Di perkotaan dapat diadakan aspal yang dapat menyerapkan air ke dalam tanah. Pada daerah yang masih memiliki lahan yang luas, pembangunan embung dan bendungan dapat dilakukan sebagai penampungan air hujan.
Kita semua perlu sadar bahwa perempuan, ibu, dan bumi perlu dijaga dari segala bentuk kedurhakaan dan eksploitasi. Kita harus kembali pada realitas objektif karena selama ini kita banyak hidup dalam realitas fiktif yang dibuat oleh manusia dari kesepakatannya yang mengesampingkan hak-hak makhluk lain di alam semesta.
*) Penulis adalah Ketua Koorkom IMM Universitas Hasanuddin