Beranda Mimbar Ide Anak Bumi yang Merusak Ibunya

Anak Bumi yang Merusak Ibunya

0

Oleh: Engki Fatiawan*

Supremasi makhluk di bumi yang bernama manusia telah berhasil menduduki kekuasaan atas segala makhluk lainnya. Egoisme yang timbul dalam dirinya telah beranggapan bahwa hanya manusia yang tinggal di permukaan bumi. Segala yang disediakan oleh alam seakan-akan diperuntukkan dalam rangka memenuhi keinginannya.

Keberhasilan manusia menduduki bumi menjadikan dia sebagai makhluk yang mengendalikan perjalanan peradabannya sendiri. Peradaban yang muncul dari hasil percobaan dan inovasi baik yang berbasis pada ilmu pengetahuan sains dan teknologi maupun inovasi dalam proses sosial – politik yang didasari oleh kemajuan berpikir filsafat. Percobaan dan inovasi yang dilakukan memunculkan dua sisi mata uang. Satu sisi, ia berhasil memajukan peradaban dengan segala bentuk kemudahan dan kecepatan dengan teknologi mutakhir namun, di sisi lain ia juga berhasil menyingkirkan makhluk lain yang dianggap tidak berguna.

Jika kita mundur sekitar 20 tahun ke belakang, kita masih biasa menjumpai berbagai makhluk dari kalangan serangga seperti capung, lebah, kepik, kupu-kupu, kunang-kunang, dan serangga lainnya yang susah ditemukan saat ini. Di daerah yang masih terjaga kemurnian airnya dan vegetasi yang masih terjaga serangga-serangga itu masih bisa dijumpai. Mereka masih membantu tumbuhan dalam melakukan proses penyerbukan untuk memperbanyak regenerasi.

ADVERTISEMENT

Kini serangga-serangga itu susah untuk dijumpai bahkan sudah ada yang punah pada suatu wilayah. Punahnya makhluk tersebut pada dasarnya merupakan alarm alam bahwa telah terjadi ketidak seimbangan ekosistem alamiah. Penelitian ilmiah memperlihatkan bahwa penurunan populasi serangga secara global merupakan krisis ekologi yang mendalam dengan konsekuensi yang luas bagi keanekaragaman hayati dan ekosistem.

Krisis ekologi yang mendalam itu disebabkan oleh antropogenik dan perubahan iklim global. Meningkatnya jumlah penduduk dunia seiring dengan penambahan kebutuhan dan keinginan dalam memenuhi kehidupannya. Hal itu akan berdampak pada pergeseran makhluk non manusia karena habitatnya terganggu dan tidak bisa hidup berdampingan dengan manusia. Sementara itu, perubahan iklim global berupa peningkatan suhu permukaan bumi menyebabkan populasi serangga baik akuatik maupun terestrial mengalami penurunan.

Ilustrasi penurunan serangga hanyalah bagian kecil dari seluruh makhluk yang ada di bumi yang populasinya semakin berkurang yang diakibatkan oleh antropogenik. Perlu juga diketahui bahwa pemanasan global yang terjadi saat ini itu bukan hanya disebabkan oleh faktor alamiah akan tetapi, penyebab utamanya adalah manusia yang telah mengeksploitasi bumi. Manusia telah berbuat yang dimana bumi tidak dapat lagi menandingi kecepatan pengrusakan yang dilakukan oleh manusia dibandingkan bumi memperbaiki dirinya sendiri.
Dalam memandang permasalahan ekologi, sudut padang keilmuan tidak hanya dilihat dari satu bidang karena permasalahan ini kompleks sehingga semua lini harus menyadarinya.

Kompleksitas masalah dan penyebab kerusakan ekologi sehingga perlu diselesaikan dari berbagai aspek baik dari aspek teknis maupun dari aspek hukum, politik, dan kebijakan. Sinergi berbagai bidang ini diperlukan sehingga solusi yang ditawarkan nantinya bukan hanya sekedar naskah dan rancangan di balik kertas.

Kerusakan bumi pada dasarnya telah disadari lebih dulu oleh berbagai komunitas masyarakat seperti masyarakat adat. Masalah ekologi sepertinya telah pernah terjadi sebelum dan semenjak manusia menduduki bumi. Bencana akibat ulah manusia dan akibat alam yang pernah terjadi dahulu sehingga tercatat dalam setiap pesan dari orang terdahulu baik yang tertulis seperti dalam kitab-kitab ajaran agama maupun secara lisan dalam bentuk tutur oleh berbagai komunitas masyarakat adat.

Bumi dianggap sebagai ibu karena padanya ia menumbuhkan kehidupan. Bumi mengayomi dengan rela ditempati hidup di atasnya oleh manusia. Bumi menumbuhkan tanaman kemudian di atasnya pula hewan-hewan memakan tanaman, sementara manusia mempergunakan tanaman dan hewan sebagai bahan sandang, pangan, dan papan. Semua makhluk hidup baik yang makroskopis maupun mikroskopis membentuk jaringan ekosistem dengan bumi yang padanya saling membutuhkan dan saling berdampak satu sama lain.

Bumi menyediakan segala yang dibutuhkan oleh manusia dan makhluk hidup lainnya baik yang dipermukaan maupun yang mineral batuan yang ada dalam perut bumi. Kecanggihan teknologi saat telah mengantarkan manusia untuk mengeksplorasi lebih luas dan lebih jauh ke dalam bumi untuk memenuhi kebutuhan bahan pembuatan teknologi. Misalnya nikel yang digunakan sebagai bahan baterai untuk teknologi saat ini.

Proses penambangan yang terjadi telah memberikan ruang bencana hidromoteorologis dan konflik agraria di masyarakat. Dampaknya terhadap perkebunan masyarakat setempat dan perairan nelayan sekitar tambang sangat dirasakan. Oleh karena itu, pendekatan yang dilakukan harus lebih adil. Adil secara ekonomi, adil secara lingkungan, dan adil secara sosial. Jika hal itu tidak direncanakan dengan baik maka manusia sebagai anak bumi telah merusak ibunya, merusak surganya. Bukankah surga itu ada di bawah telapak kaki ibu?

Jika kalimat “surga berada di bawah telapak kaki ibu” maka yang dirujuk adalah tanah atau bumi. Jika bumi telah rusak maka tidak ada kehidupan lagi. Sehingga peran kita semua menjaga bumi sangat diperlukan. Selamat Hari Lingkungan Sedunia.

*) Penulis adalah Ketua Korkom IMM Unhas dan Penulis Buku Lingkungan Berkearifan

Facebook Comments Box